Showing posts with label tv. Show all posts
Showing posts with label tv. Show all posts

Sunday, July 16, 2017

LIPUTAN BARENG MANGU PUTRA

Ternyata menepati ‘janji’ susah juga. Padahal ini cuma janji ke diri sendiri, yang kalo programnya udah tayang mau kasih sedikit ulasan lewat blog soal sosok seniman yang diliput. Gitu doang. Malesnya nulis minta ampun. Huh.

Okey, ngga usah diperpanjang. Yang penting ada usaha buat menepati.

Bulan April lalu, gue berkesempatan liputan ke Bali, mengangkat soal sosok pelukis asli Pulau Dewata, Mangu Putra. Tau informasi soal Pak Mangu, dari Ibu Direktur Program. Mulailah gue melakukan riset dan mencari kontak beliau. Ngga lama, langsung ketemu. Wawancara singkat via telpon, dan langsung memutuskan terbang ke Bali buat liputan.

Dari hasil wawancara di telpon, gue mengambil kesimpulan bahwa Pak Mangu sosok orang yang pendiem dan nggak banyak bicara.

Hari pertama masuk ke rumah beliau, deg degan. Bukan tanpa alasan, karena seniman selalu punya ‘sesuatu’ yang membuatnya berbeda dari orang biasa. Baik itu penampilan ataupun pola pikir. Ya nggak?

Jeng..jeng, ketemulah gue dan kru yang lain. Gue tarik kesimpulan gue tadi. Pak Mangu itu orangnya super seru!!!

Pak Mangu kalo ngomong sangat memperhatikan, respon lawan bicaranya. Ngga sekaku yang gue bayangkan, Pak Mangu ternyata juga humoris. Tiba-tiba melemparkan lelucon, yang kita harus mikir dulu baru ketawa. Dan yang paling kece adalah, disamping Pak Mangu selalu ada istri yang selalu mendukung. So sweet abis.


Gue orang Bali, tapi gue sendiri jarang yang namanya ‘explore’ Pulau Bali. Tapi beberapa hari liputan bareng Pak Mangu, gue jadi makin cinta alam Bali. Ya yang namanya seniman, punya cara masing-masing untuk cari inspirasi. Nah kalo Pak Mangu, sukanya ke alam bebas. Sebebas-bebasnya alam bebas. Ntah itu pagi, siang, sore atau malem. Pokoknya ngga tau waktu. Bahkan pernah gue denger cerita, Pak Mangu sendiri pernah malam purnama naik keatas gunung cuma untuk menikmati suasana. Nah loh. Kece kan?

Pas gue liputan, Pak Mangu memilih mengajak kami ke bawah Gunung Batur Bangli. Kalo kalian penasaran lokasinya, liat aja video clip SID yang judulnya ‘Sunset di Tanah Anarki’. Lokasinya bebatuan gitu. Menuju kesana jalannya terjal dan berliku, ditambah pasir yang buat jalan makin licin. Tapi pas sampe sana, semua itu terbayar. Ternyata Bali ngga cuma Kuta dan Sanur. Ada banyak keindahan lain, yang bahkan gue ngga tau. Aak, suksma Pak Mangu.





Pak Mangu itu suka yang namanya kulineran. Mulai dari jajan kaki lima, sampe ke rumah makan mahal. Tapi beneran, semuanya enak. Gagal lagi jadi orang Bali adalah ketika ditanya tempat makan itu, gue ngga tau. Haha. Maaf ya pak, Balinya cuma KTP.

Satu hal yang paling gue kagum adalah, untuk orang Bali pikiran Pak Mangu sangat terbuka. Pak Mangu sangat toleransi dan menyikapi perbedaan sebagai sebuah proses. Bahwa Tuhan memang menginginkan perbedaan, dan kebenaran tidak hanya dari satu sisi. Sebenernya ada banyak hal yang dikatakan Pak Mangu yang buat gue terkesan. Tapi ah, karena nulisnya kelamaan jadi banyak yang lupa. Haha.

Kalo tentang lukisan, kalian bisa buka Instagram search Mangu Putra, bisa nilai sendiri betapa kerennya karya beliau. Lukisan Pak Mangu, awalnya alam, ikan dan sekarang sedang fokus melukis veteran.



Kalo ada yang mampir ke rumah Pak Mangu, dijamin pasti betah disitu. Adem, banyak pohon ditambah patung-patung bali yang buat suasana makin religius.

Baiknya lagi, kami tim liputan berhasil dapet cendramata lukisan ikan dari Pak Mangu. Yeay!






Yang ngga kalah menyenangkan adalah, ketika Pak Mangu bilang menyukai sosok gue, yang sederhana dan apa adanya. Ulala. Jarang loh pak ada yang memuji saya kayak gitu. Haha.


Ada banyak pelajaran yang bisa gue ambil dari liputan bareng Pak Mangu. Misalnya pose gaya super absurd pas lagi boomerangan. Jangan salah, pas gue kenalin boomerang ke Pak Mangu, gayanya paling oke. Ya kan pak?





Dokumentasi liputan yang lain,




Buat kalian yang belum sempet nonton Art Insight, eps. Mangu Putra bisa dilihat disini:

http://video.metrotvnews.com//art-insight/eN4J1y1k-art-insight-kebebasan-imaji-mangu-putra-1
http://video.metrotvnews.com//art-insight/0kpJZlWN-art-insight-kebebasan-imaji-mangu-putra-2
http://video.metrotvnews.com//art-insight/9K5jpJPN-art-insight-kebebasan-imaji-mangu-putra-3

Saturday, April 15, 2017

Program Baru, Ilmu Baru

Banyak yang bilang kerja jadi seorang broadcaster (kerennya gituh) adalah hal yang mengasyikan. Kalo itu sebuah pertanyaan dan ditujukan ke gue, gue jawab iya.

Walau masih terbilang baru di dunia tv, gue menikmati apapun yang gue kerjakan. Menjadi seorang kru produksi di TV berita. Kru produksi loh ya, bukan reporter. Karena sering liputan banyak yang salah kaprah.

Jadi kalo di Metro TV, mungkin juga sama tv-tv pada umumnya, jadi kru produksi juga memungkin elo untuk liputan, pokoknya sesuai program yang di dapat. Kalo program studio, ya banyak kerjaannya di studio. Kalo program dokumenter a.k.a jalan-jalan ya banyak diluar untuk liputan. Jadi posisi kru produksi bisa bergeser menjadi seorang reporter, bisa juga riset, bisa juga lightingman, audioman, atau pembantu umum yang sigap di lapangan bila dibutuhkan.

Capek? Ya capek. Tidur aja mah kalo engga mau capek. Enak? Ya enak. Apapun ya lo kerjain sesuai passion itu nikmat. Berkeluh kesah, pasti ada. Namanya juga manusia.

Gue sih masih dibilang sangat belum apa-apa, dibanding mereka yang udah kerja di tv berbelas-belas bahkan berpuluh-puluh tahun. Kalo kata produser gue, mereka yang kerja di TV ngga akan kaya secara finansial, cuma passion yang kencintaan mereka yang buat betah. Ya, lingkungan juga harus mendukung sih.

Gue sendiri, gue akui gue belajar banyak. Kenal orang baru setiap saat akan liputan (walaupun gue bukan reporter lapangan yang jago abis), ngobrol sama narasumber, tau hal-hal baru, kenal karakter orang. Bisa dibilang gue itu banyak belajar, dibanding kerja. Bonus dari belajar sekaligus bekerja gue adalah, sesekali bisa liputan ke luar kota, melihat Indonesia. Yeah, MELIHAT INDONESIA.

Ini kenapa memilih kerjaan sesuai passion itu penting, menurut gue. Karena kalo kerja aja lo berasa berat, berasa dipaksa, gimana untuk urusan yang lain.

Nah yang pengen gue ceritain disini adalah tugas gue sekarang yang jadi seorang kru produksi di program dokumenter seni di Metro TV. Sedang tahap persiapan yang matang. Tayangnya pun masih menjadi kejutan.

Yang seru disini adalah gue bertemu banyak seniman keren-keren di Indonesia, yang bahkan kreativitasnya udah buat gue geleng-geleng. Seniman yang berkarya dengan hati, akal dan dan tentu saja logika.

Seorang seniman nyentrik, bahkan pernah bilang ke gue. TV di Indonesia itu kebanyakan berita politik, gimana ngga kering itu otak. Makanya butuh program seni.

Ada benernya juga. Tayangan TV berita yang isinya berita pilkada, sering bikin alis mengkerut, muka semakin kusut. Butuh yang seger, kayak program seni sebagai hiburan, selain pengetahuan.

Gue ngga mengkatagorikan sinetron sebagai hiburan loh ya. Itu menurut gue, pembodahan massal. Terlalu banyak dramatisasi, yang menumbuhkan bibit-bibit generasi alay.

Tapi kita emang ngga bisa boong, disitulah pendapatan iklan tv paling banyak. Ya itu tuntutan pasar, apa mau dikata. Toh ada juga progam tv yang ngasi edukasi, ngga juga ditonton. Rating paling rendah. Bertahan mungkin karena idealisme si pemiliki tv.

Tapi gue ngga bahas itu. Yang gue pengen bahas adalah cerita seniman yang sempat gue liput. Sayang kalo mereka yang luar biasa itu, cuma sekelebat tayang di TV. Dengan gue sendiri nulis, mungkin bisa menggiring ke perspektif baru, orang awam melihat seni dari seniman itu sendiri. Apalagi ngga semua hal bisa tayang di tv, mungkin hal menarik bisa gue tulis disini.

Ini kuote yang gue kutip dari Charles Bukowski, “Seorang intelektual adalah orang yang mengatakan hal sederhana dengan cara yang sulit, seorang seniman adalah orang yang mengatakan hal yang sulit dengan cara sederhana”. Kebayangkan kalo ini bumi isinya orang pinter semua, pabeliut.


Okey, postingan soal seniman-seniman hebat yang udah gue liput akan gue post di postingan selanjutnya. Ini cuma intro dulu aja, kali-kali nulis isinya basa-basi doang. Haha