Happiest new year, everyone!
Oke, hari pertama di tahun baru ini gue buka dengan nonton Film Indonesia. Yes, karena gue cinta Film Indonesia. Udah penasaran sejak lama, karena gue juga nonton film koh Ernest yang pertama kemarin 'Ngenest' gue jadi pengen tau kayak apa sih film keduanya.
and then...
Mirip seperti Ngenest, Cek Toko Sebelah juga mengangkat cerita soal keturunan etnis tionghoa yang hidup di Indonesia. Jika dalam Ngenest, cerita dan masalah 'fisik' dari keturunan etnis ini menjadi benang merahnya, tidak dalam Cek Toko Sebelah. Di film ini lebih kepada stigma bahwa 'orang cina' emang suka dagang. Seperti itulah kira-kira.
Cerita dimulai dari Koh Afuk (Chew Kin Wah) yang memiliki sebuah toko sembako di Jakarta, udah ngga kuat lagi menjalankan tokonya karena kondisi fisik yang udah tua. Atas pertimbangannya, Koh Afuk mewariskan toko ini kepada sang anak Erwin (Ernest Prakasa). Erwin yang ingin berkarir dibidang lain, sempet galau untuk menerima. Ditambah Nathalie (Gisella Anastasia) yang ngga setuju kalo Erwin harus jagain toko.
Di sisi lain, Yohan (Dion Wiyoko) kakak dari Erwin, yang berprofesi jadi photografer awalnya ngga setuju dengan ide ini. Ia menganggap ayahnya, selalu pilih kasih. Berkat sang istri, Ayu (Adinia Wirasti) ia akhirnya bisa menerima.
Sebenarnya konflik terjadi ketika Erwin harus mencoba membahagiakan hati ayahnya dan setuju untuk jagain toko. Ditambah, masalah lain yang buat Koh Afuk akhirnya menjual toko yang udah dibangun bersama almarhum istrinya.
Penasaran? Elo harus nonton. Wajib.
Okay, setelah menonton keseluruhan film, ada beberapa hal yang menurut gue janggal. Pertama, adalah pemilihan judul film 'Cek Toko Sebelah' ini. Gue kira dengan judul itu, masalah yang dimunculkan adalah saingan antara satu toko dan toko yang lain. Ditambah Koh Afuk dan pemilik toko sebelah (kayaknya namanya Danan, gue lupa) yang beda secara budaya. Seperti saingan pelanggan, harga atau semacamnya. Tapi ini lebih kepada masalah keluarga. Okey, gue rasa judulnya hanya mewakili sebagian kecil dari keseluruhan cerita.
Ke dua adalah, gue agak kurang sreg sama adanya Gisel ada film ini. Bukan karna acting-nya, tapi cuma lebih kepada menurut gue Gisel dikenal dengan image cewek ramah yang murah senyum sekarang harus main antagonis. Jadi sok sweet-nya ngga dapet kayak Lala Karmela kemaren koh. Ini cukup subjektif sih, cuma gimana gitu ya. Haha. Beda sama mbak Asti yang emang cocok jadi apa aja.
Satulagi, dari beberapa angle shoot close up yang diambil gue rasa ada yang kurang pas. Misalnya terlalu sering close up pas bagian dodit ngomong. Kenapa ngga dari samping, trus tiba-tiba di akhir kalimat Dodit noleh kesamping, arah kamera. Sepertinya akan jadi lucu. Mengingat Dodit acting-nya yang super absurd.
Tapi, diluar itu semua gue sangat menyarankan elo nonton film ini. Lucu banget. Kocak. Dan humor dan emosi lu bakal diaduk dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya kayak elo yang udah bersiap nangis mungkin, tapi ujungnya bakal ketawa. Bahkan lo mungkin ngga tau, air mata yang keluar itu karna lo nangis atau ketawa yang berlebihan.
Lucunya dimana sih?
Gini, ada banyak banget komik dan youtubers yang main di film ini. Ada Awwe, ada Dodit, Yuda Keling, Lian, Arafah, Adjis Doaibu, Hifdzi, Abdur, dan lo tau? Ada anak Pak Jokowi juga, Kaesang. Unpredictable.
Gue akuin, koh Ernest sangat sangat detail menggarap film ini. Ngga cuma dialog, bahkan baju, poster dan semua macam properti juga mengandung kelucuan. Porsi konflik, drama dan humor juga pas banget.
Bukan bandingin, dulu gue sempet nonton beberapa nonton filmnya Bang Raditya Dika, mulai dari Kambing Jantan, Cinta dalam Kardus, Cinta Brontosaurus, menurut gue dari segi cerita, guyonan, dan konflik, gue rasa koh Ernest lebih berhasil memadukan ini. Film comedy yang sama sekali ngga terasa garing kek kerupuk.
Dan....koh Dion keren banget koh. Ngga cukup lo keliatan keren pas travelling, disini juga lo keliatan sangat keren. Dapet banget feelnya. Aku padamu koh...
Gue sangat amat gembira karena tadi studionya penuh. Gue yakin mereka semua nunggu karya koh Ernest. Dan sama seperti film sebelumnya, koh Ernest selalu menyelipkan behind the scene disela-sela credit title. Sebuah ide menarik, karena orang bakal nonton sampe creditnya bener-bener habis. Gue ngerasin koh, kerja di TV yang namanya mejeng di credit itu bangganya luar biasa. Lebay. hahahha
Oya, lupa nyebutin diawal. Dalam film ini, Ernest bertugas selain menjadi pemeran utama, ia juga jadi penulis naskah sekaligus sutradara. Hebat.
Diluar itu semua, ada pesan-pesan yang nempel di otak gue setelah nonton film ini. Gue jadi rindu, bapak. Rindu keluarga di Bali. Apapun yang kita ingin raih di kota seberang, atau dimana pun, rumah adalah tempat kembali yang paling indah. Paling hangat.
Okeh, 8/10 buat koh Ernest dan tim di film Cek Toko Sebelah ini. Ditunggu karya selanjutnya koh!