Apa
orang tau arti cinta ketika orang membicarakannya?
Butuh
berapa banyak cinta untuk mendefinisikan arti cinta?
Kami
sering bertengkar setelah musim dingin, lalu…
juga
terus mengatakan “Aku mencintaimu”
Aku
masih belum mengerti apa arti cinta itu
Tapi,
aku ingin mengucapkannya setiap hari.
“Aku
mencintaimu, Mi-Young”
Cuplikan monolog diatas adalah ending dari Film
Korea, “My Love, My Bride”. Film yang rilis tanggal 8 Oktober 2014 ini,
dibintangi oleh artis cantik Shin Min-A dan Oppa kesayangan gue Cho Jung-Soek. Sebetulnya,
My Love My Bride adalah remake film dengan judul yang sama di tahun 1990. My
Love My Bride, menggakat kisah Young-Min (Jung Soek) dan Mi-Young (Min A) yang
baru saja memulai bahtera rumah tangga.
Mi Young seorang guru lukis dan Young Min seorang PNS
di pusat pelayanan masyarakat, berkencan pertama kali disebuah kafe dengan
cerita yang cukup unik. Ngga diceritain gimana keduanya pertama kali
berkenalan. Cuman, pas mereka kencan pertama Mi Young memuji kalo si Young Mi
bagus pake baju Sky Blue. Eh ternyata, ada juga seseorang yang dengan baju yang
sama dateng ke kafe. Karena malu, Young Min buru-buru ngajak si Mi Young
keluarga kafe. Young Mi langsung narik tangan Mi Young. Ya, cewe mana yang ngga
baper kalo tangannya dipegang erat.
Bingung yak, namanya bolak-balik gitu. Gue pas
nulis agak bingung, tapi pas nonton ngga kerasa sih ternyata nama mereka berdua
mirip.
Setelah berpacaran lama, Young Mi pengen ngajak Mi
Young nikah. Tapi Mi Young ngiranya, doi bakal diputusin. Kenapa? Soalnya beberapa
hari terakhir, sikap Young Mi cuek ke Mi Young. Sebelum memutuskan untuk
melamar Mi Young, Young Mi sempet diingetin sama temen gengnya kalo nikah itu
ngga enak. Young Mi tetep kukuh yang langsung melamar Mi Young.
Mereka pun akhirnya tinggal berdua. Jangan kaget
kalo film ini agak mesum sedikit. As a newly wed, mereka melakukan “nya” kapan pun,
dimana pun, dan hampir semua sudut rumah mereka. Kocak sih jadinya. Padahal di
karakter drama Korea yang pernah gue tonton, karakter si Jung Soek ngga pernah
kayak gini. Mukanya aja polos. Min A apalagi.
Nah ternyata pernikahan itu emang ngga segampang
atau sebahagia yang orang pikir. Gue liat ya dari film ini, semua kebiasaan
kita bakal kita bagi sama pasangan kita. Mau baik ataupun buruk. Justru banyak
kan orang yang setelah menikah baru surprise ternyata pasangannya itu seperti
ini, dan itu. Banyak penyesuaian yang harus kita lakukan.
Konflik dalam film ini sebenarnya bertubi-tubi. Sama
kayak kehidupan rumah tangga. Cieleh kayak ngerti aja gue. Pokoknya gitulah. Masalah
pertama datang pas Young Mi ngajak temen-temennya dateng ke rumah. Yang buat Mi
Young yang ngga akrabnya sama temennya, harus berusaha mengakrabkan diri
ditambah harus rela rumahnya diberantakin. Selanjutnya masalah kecemburuan,
dimana Mi Young yang cemburu dengan rekan kerja Young Mi, sama kayak Young Mi yang
cemburu sama junior Mi Young di kampusnya dulu. Lucu. Mereka saling cemburu
sama ‘temen’ deket masing-masing.
Yang paling fatal adalah Young Mi beneran mau ‘tidur’
sama temen deketnya itu. Walau akhirnya dia sadar juga sih, apa yang dia lakuin
itu ngga masuk akal. Mi Young juga melakukan hal yang sama. Mi Young pergi ke
pementasan musikal gitu, buat ketemu cinta pertamanya. Soalnya Mi Young denger
kabar, kalo dia pengen balikan lagi. Tapi semua itu cuma gara-gara emosi.
Terakhir, saat Mi Young sakit, Young Mi juga lagi
sedih. Penulis sajak yang ngga sengaja Young Mi kenal, dan begitu baik ngajarin
Young Mi nulis puisi meninggal dunia. Tak ada satupun dari keluarga kakek
penulis itu dateng ke rumah si kakek. Semua buku milik kakek, diwariskan ke
Young Mi. Saat sedang itu, Young Mi pulang kan kerumah, istrinya juga sedang
sakit. Young Mi males buat denger apa-apa. Mi Young yang liat buku usang tadi,
langsung buang buku itu keluar. Alhasil Young Mi marah dan pergi. Eits,
ternyata sakit perut Mi Young nambah parah.
Gue bisa bilang cerita ini unik. Soalnya masalah cuma fokus ke rumah tangga Young Mi dan Mi Young beserta kerumitan didalamnya. Ya seperti yang gue bilang tadi, menikah ngga segampang yang orang pikir. Sebagai penonton yang gue liat, konflik itu muncul saat kedua belah pihak ngga mau berkomunikasi. Keduanya salah paham. Tapi gengsi untuk ngalah. Ya akhirnya di film ini, cowok yang ngalah sih. Bukanlah cowok yang salah itu emang kodrat? Haha.
Bukan kayak gitu sih sebenernya, dalam rumah tangga
itu ngga perlu ada yang nyari pembenaran menurut apa yang gue paham ya. Padahal
mah ngga paham apa-apa. Haha. Intinya itu saling mengerti. Kalo istri yang
mendominasi nantinya muncul ‘suami-suami takut istri’, nah kalo suami yang
mendominasi nantinya dalam rumah tangganya otoriter, semua keputusan ada
ditanggan suami. Yang bagus ini menang bersama. Ya ngga?
Maafkan gue, karena belom berpengalaman dalam
pernikahan gue udah sok tahu. Padahal pacar aja belom punya. Mungkin ini yang
disebut dewasa dari nonton film. Kabar baiknya, gue ada persiapan nantinya
rumah tangga gue bakal gue bawa kayak gimana. Haha.
Balik lagi ke film. Secara visual, gambarnya cukup
bagus. Standar drama korea lah, yang tinggat kecerahannya kadang agak
berlebihan. Kalo dari cerita juga unik. Cuma mungkin film ini, ada segmentasi
khusus yaitu orang dewasa. Soalnya para pemain film bukan aktor atau artis muda
kayak di drama Korea. Bukan dengan tingkat ke sok-sweet-an yang berlebihan. Ya emang
realitanya kalo elo udah berumah tangga bukan kayak pacaran lagi yang biasa
dikasi surprise atau apalah. Justru kita surprise ngeliat ‘oh sebenernya dia
itu kayak gini’ gitu. Banyak yang bilang kan, sejak nikah dia ngga romantis
lagi atau apalah. Padahal sebenernya yang buat beda, menurut gue itu adalah porsi
nikmat itu loh. Kadang saking seringnya berdua, mereka melupakan betapa
nikmatnya menghabiskan waktu berdua.
Menurut pengakuan Mi Young, kesalah dalam rumah
tangga mereka terjadi karena Young Mi hanya butuh Mi Young saat sedang ingin
melakukan seks (maaf) dan mau makan. Dalam atap yang sama, mereka sibuk
melakukan kerjaan masing.
Satu pesan lagi yang gue inget dari film ini. Ibu gosip yang tinggal di bawah rumah Mi Young sempet bilang pas mereka masih marahan. Sebenernya yang diinget cewek itu bukan ke cinta pertamanya, tapi lebih ke momen pertama kali saat dia bertemu orang yang dia suka. Begitu. Setelah gue pikir, iya juga ya. Memori yang melekat di otak gue, lebih ke momen pertama yang pernah kita lewati berdua. cieleh, berdua bareng siapa. Haha.
Film ini menurut gue memberi gambaran yang jelas
bagi penonton kehidupan seperti apa yang bakal kita temui nanti setelah
menikah. Bagaimana cinta didefinisikan dalam sebuah janji yang suci. Bukan untuk
menakut-nakuti, cuman ngasi ancang-ancang. Namanya juga membangun rumah tangga,
perlu ikhtiar dan doa.
No comments:
Post a Comment