Tuesday, February 13, 2018

PAI KAU: DENDAM SANG MANTAN


Diajak nonton Pai Kau, gue mikir ini film Cina atau Hongkong. Baca sinopsisnya biar gue bego-bego amat pun gue masih berasumsi ini film Cina. Setelah sampe gedung bioskop, liat poster dengan jelas,

Oh ini Film Indonesia…

Ini film drama, iya. Tapi sesungguhnya adalah Thriller yang dibumbui drama, menurut gue.


 (sumber: google.com)

Dari poster sudah nampak, bahwa ceritanya adalah soal pernikahan. Iya, prosesi pernikahan Tionghoa.

Film dibuka dengan ekstrim shoot yang membuat gue takjub. Keberanian sutradara menempatkan gambar, bahkan dalam adegan awal kita sudah dibuat tertawa. Sangat jelas apa yang dimaksud: sensualitas wanita. Ini yang menjadi kunci cerita selanjutnya.

Siska (Inike valentine) berniat balas dendam pada mantannya, Edy (Antony Xi) di hari pernikahan Edy dan Lucy (Irina Chiu). Niat menggebunya untuk balas dendam tentu saja ada alasannya. Bentuk pembalasan dendamnya dengan memutarkan CD (yang sebenarnya gue ngga tau isinya apa, yang jelas bisa menghancurkan pernikahan Edy dan Lucy). Pendek cerita, Siska menjadi Bridesmaid, dalam pernikahan mereka karena Siska mengaku sebagai sepupu Edy.

(sumber: google.com)

Betapa ‘peran’ Bridesmaid sangat sukses dalam keberlangsungan cerita. Begitupun terjadi kini, bagaimana Bridesmaid adalah gengsi yang menjadi keharusan.

Pertanyaan, berhasilkah pembalasan dendam itu?

Harus nonton.

Setelah tulisan ini terbit, gue pesimis film ini masih tayang di bioskop.

Dan jika masih, kalian harus nonton. Ini film yang unik, dan berbeda. Tidak drama menye-menye seperti Dilan, yang berhasil meraih 5.300.000 penonton lebih dalam 20 hari penayangannya.

Dalam film ini beberapa kali ada adegan nakal yang boleh ditonton untuk usia 18 tahun keatas.

Yang paling gue suka dan membuat cerita film ini menarik adalah sebuah analogi Pai Kau. Setelah gue searching, ternyata Pai Kau adalah sebuah permainan kartu serupa domino adal Tiongkok.

Beberapa kali muncul adegan permainan Pai Kau, seakan menegaskan sesuatu. Lagi-lagi gue dibuat tak mengerti karena ternyata angka-angka yang muncul dalam kartu domino itu memiliki simbol.

Dalam cerita yang unik, ada banyak sekali kekurangan, misalnya acting tokoh yang menurut gue tidak natural. Gue ngga ngerti apa memang karakter orang-orang Tiongkok sekaku ini, atau sutradara yang tidak berhasil menggali dan mengarahkan karakter pemainnya. Terlihat sekali sangat tidak natural, walau Lucy agak lumayan dan Edy-nya ganteng. Tapi itu tidak cukup membantu.

(sumber: google.com)

Ayah Lucy, Koh Liem apalagi. Berperan sebagai seorang mafia, tidak membuat penonton takut. Dialog sama anaknya ngga ada bedanya dialog sama rekan bisnis atau musuhnya.

Yang gue tangkep dari film ini adalah analogi dari Pai Kau itu sendiri, mirip dengan sebuah pembalasan dendam. Kita tidak akan tau akhirnyanya akan seperti apa.

Kalo aja sang sutradara, Sidi Saleh bisa lebih matang dan mampu mengeksplorasi peran pemainnya, ini akan menjadi film yang mengagumkan dan mencuri perhatian publik.

(sumber: google.com)

Eh mungkin juga tidak, karena kaum milenial sedang terbuai dengan pesona Dilan, sang panglima tempur. Coba Dilan berantem sama Koh Liem, mafia kelas kakap. Tak akan ada proklamasi cinta di akhir cerita Dilan. Haha.

Yang mengejutkan lagi, adalah lagu ‘Aksi Kucing’ dari White Shoes and The Couple Company yang hadir dalam film ini.

(sumber: google.com)


Sebaiknya ditonton, agar kalian menjadi mantan yang bijak.