Saturday, February 9, 2019

Cerita Inspiratif dari Tanoker

Setelah kurang lebih 5 bulan di program IDEnesia, program soal seni, budaya dan tradisi. Program yang dimana gue, bisa jalan-jalan ke beberapa tempat di Indonesia, untuk melihat tradisi dan kehidupan masyarakat, gue lewatkan sia-sia tanpa ditulis. Okay, mulai hari ini gue berjanji dengan diri gue sendiri, kemana pun gue pergi untuk liputan, akan gue ceritakan di blog ini. Tolong diingatkan ya, netijen budiman. Haha.

Nah, yang sekarang gue akan ceritain itu soal perjalanan IDEnesia ke Jember seminggu yang lalu. Bukan soal Kota Jember, tapi komunitas yang cukup unik di kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember.

Namanya, Kampung Wisata Belajar Tanoker Ledokomo.

Jadi, gue jelasin sedikit soal kampung belajar ini berdasarkan hasil wawancara gue dengan penggagasnya. Awal mula keberadaan kampung wisata belajar ini karena Bapak Suporahardjo dan istrinya, harus balik ke Jember. Mereka tadinya tinggal di Jakarta, tapi karena Ibu dari Pak Supo sakit, jadilah harus balik ke Jember, tepatnya di Ledokombo. Halaman di rumah Pak Supo luas banget, jadi kadang-kadang beberapa anak tetangga sering main ke rumahnya. Disana dulunya juga ada kebon kopi.  Agar anak Pak Supo betah tinggal di desa kecil ini, Pak Supo ngajarin mereka main Egrang. Sebuah permaianan tradisonal dengan memakai media bambu. Dilihatlah yekan sama tetangga-tetangga, jadilah Pak Supo buatin anak-anak yang mau ikutan main Egrang. Sesederhana itu awalnya. Nah katanya juga, ternyata di desa Ledokombo ini, banyak orang-orang tua jadi buruh migran ke luar negeri. Jadilah si anak-anak cuma dirawat sama kakek-nenek mereka. Makanya, main ke rumah tetangga itu udah biasa.

Makin lama, makin banyak anak yang dateng ke rumah Pak Supo dan minta diajarin main Egrang. Sampe-sampe suatu ketika Pak Supo ngadain lomba Egrang di tahun 2010 yang jumlahnya sekitar 30 peserta. Inilah cikal bakal festival Egrang yang terkenal itu di Jember, kalo kalian tahu. Pak Suporahadjo lah penggagasnya. Dan baru-baru ini, dari kementrian pariwisata menganugerahi penghargaan salah satu Tokoh Pancasila (kalo gue ngga salah) atas jasanya menggerakkan anak-anak untuk pelestarian kegiatan kebudayaan dan juga karena belio seorang Sosialpreneur.

(sumber: tanoker.org)

(sumber: tanoker.org)

(sumber: tanoker.org)

Mengalami berbagai proses dan perkembangan, disini bukan cuma ada Egrang, tapi juga permainan tradisional yang lain, termasuk juga belajar menari tapi pake Egrang juga. Gimana tuh. Haha. Pokoknya anak-anak disini keren banget. Kata Pak Supo, merekalah yang membuat gerakan tarian sendiri, ngajarin Egrang ke anak-anak lain yang baru masuk. Ngga ada guru sama sekali. Pak Supo pernah bilang, ‘disini anak-anak bisa berkreasi sendiri, mau ngapain silakan. Saya hanya mengawasi dan menyediakan tempat’.

(sumber: tanoker.org)

(sumber: tanoker.org)

Dipojokan tempat ini juga ada Perpustakaan dengan berbagai koleksi buku, mulai dari komik, ensiklopedi, sama buku resep masakan. Ada juga kolam renang di belakang halamannya, dulu sebelum kolam renangnya berbayar kayak sekarang. Pak Supo mewajibkan anak-anak yang mau renang, harus membaca buku dulu baru boleh renang. Nah, karena sekarang peminatnya banyak, jadi untuk biaya perawatan Pak Supo membebankan biaya, baik untuk yang mau renang atau yang ikut berbagai kegiatan di Kampung Wisata Belajar ini. Ngga mahal kok, untuk informasi lengkapnya kalian bisa buka www.tanoker.org. Disana lengkap ada jenis kegiatan hingga pembayarannya.

Sadar akan potensi wisata yang muncul, dengan adanya kegiatan budaya di Kampung Wisata Belajar Tanoker ini, beberapa rumah di sekitar lokasi membuka penginapan. Karena kadang ada juga lho, wisatawan luar negeri yang dateng berkunjung dan menginap di lokasi ini beberapa hari. Bahkan para ibu-ibu juga siaga masak, kalo misal ada group yang dateng. Pokoknya keren dah ah.

Ada juga barang kerajinan, yang dibuat oleh mantan ibu-ibu migran. Jadi ibu-ibu yang udah ngga mau keluar negeri lagi cari kerja, mereka buat segala jenis kerajinan buat oleh-oleh wisatawan. Kata Pak Supo penghasilannya lumayan, mulai 600 ribu sampe jutaan perbulan.


Pas gue masuk sini dengan tim, itu sambutannya hangat banget. Gue dikasi topi janur ala-ala gitu. Wajib dipake kalo main ke Tanoker, katanya. Liat anak-anak belajar tari sambil main Egrang. Terus ada yang sibuk di perpustakaan, dan setelah kegiatan itu mereka cebar-cebur di kolam renang. Pak Sapo mah cuma ketawa dipinggir kolam sambil liatin anak-anak. Kadang si bapak juga ngajarin renang.




Beda sama di kota yang anak-anaknya pada main gadget semua. Kalo disini anak-anaknya menikmati waktu ya sebagai anak-anak beneran. Nyobain main Egrang, ngga takut jatuh. Ohya, tiap bulan disini juga ada kegiatan kayak outbond gitu. Lokasinya ngga jauh dari kampung wisata ini. Kegiatannya juga ngga kalah seru, ada pasar lumpur, bertani, susur sungai, tanocraft, malam tanpa lampu dan masih banyak lagi.

Gimana udah tertarik belum buat ikut kegiatannya?

Ngga cuma anak-anak loh ya, kalo misal kalian group gitu bisa diatur juga untuk kegiatannya. Kalo gue sih tertarik buat dateng lagi pas Festival Egrangnya nanti.

Oya, ada hal penting kata Pak Supo. Egrang ini sebenernya bagus banget buat melatih anak-anak. Melatih emosi, teamwork, dan keseimbangan. Mereka yang udah bisa main Egrang, punya rasa percaya diri yang lebih besar. Selain tentunya sehat fisiknya ya. Karena belajar berdiri aja bikin capek lo, gimana kalo jalan. Apalagi nari, wooh.




Nah, ada fakta penting soal Egrang. Kalian tau ngga darimana asalnya? Jember? Indonesia? Yang jawab iya, kalian salah besar.

Ternyata Egrang itu ngga cuma ada di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia. Cuma nama dan jenis Egrangnya beda. Ada yang dari bambu atau besi, atau bentuknya juga beda. Ada yang dipegang tangan, ada juga di kaki doang. Jadi siapa yang mau klaim, ya engga bisa.


Okay, sekian dulu dari gue di Tanoker kali ini. Jangan lupa kalo ada rejeki lebih bisa mampir-mampir kesini. Ngga ada ruginya deh.



Happy New Year, 2019.

Maaf baru ngucapin yekan, padahal udah lewat sebulan. Semoga di tahun Babi Tanah ini, kita semua diberi keberuntungan, diberikan rejeki yang melimpah, dan senantiasa selalu berbahagia. Catatan penting buat gue, semoga makin rajin nulis, ga cuma nonton pilem aja. Amin.


Yeah, kalo gitu selamat membaca postingan-postingan gue selanjutnya di blog ini ya!