Kasih
sayang dinilai dari waktu.
Seberapa
banyak kita meluangkan waktu,
Untuk
mendengarkan,
Untuk
bersama.
Mungkin
kurang lebih itu pesan yang gue tanggap dari film koh ernest, Susah Sinyal. Seriusan, buat nulis ini sebenarnya malas
minta ampun. Tapi untuk menggenapi trilogi review film koh ernest, gue harus. Lebay.
Nontonnya
udah lama, bahkan sebelum tahun baru. Jadi banyak yang gue lupa nama tokohnya.
Kita buat singkat dan general aja ya.
Singkat
ceritanya itu, Ellen (Adinia Wirasti) seorang pengacara yang ngga punya waktu
banyak bersama anaknya. Sibuk yekan, ngurusin masalah artis cerai. Sampe pada
suatu kesempatan, dia akhirnya bisa berlibur bareng anaknya, Kiara (Aurora
Ribero) ke Sumba. Sumba wujudnya surga, indah banget.
Koh ernest sendiri berperan sebagai
partner sekaligus sahabat satu-satunya Ellen. Yang selalu ada, pas Ellen butuh.
Termasuk nganterin Kiara beli kain di pasar. Dalihnya kan cina jago
nawar.
Susah
sinyal menurut gue tidak sebagus Cek Toko Sebelah. Tidak selucu CTS,
iya. Tapi bukan berarti film ini jelek, engga. Pendekatannya berbeda. Kalo
kemaren CTS ayah dan anak, sekarang ibu dan anak. Koh ernest juga dibantuk mbak mei, istrinya kan buat cerita ini.
Keunikan
koh ernest adalah membuat judul yang
tidak mencakup garis besar film. ‘Susah Sinyal’ hanya sebagian potongan dialog,
bukan generalisasi dari cerita. Ya mungkin karena susah sinyal itu mereka jadi
semakin dekat. Gue ngga tau ini termasuk kekurangan apa engga. Tapi judulnya
menjual. Ditambah promosi koh ernest
yang sampe ada tour stand up kemana-mana, yang harusnya film ini lebih meledak
dibanding CTS ya. Atau koh ernest tau, dari segi cerita ini
ngga bisa melawan CTS jadi dia butuh tour biar penonton makin penasaran. Gue
juga ngga tau.
Beberapa
elemen nampak kosong dan ngga dalam menurut gue. Cerita ibu dan anak kurang
dramatis. Konflik tidak kompleks, terlalu sederhana. Dengan ada sinyal pun bisa
terselesaikan. Tidak ada hubungan yang amat dalam dari Ellen dan Kiara. Atau
actingnya Aurora kebanting sama Adinia, mungkin kali ya. Gue merasa konfliknya
terlalu gampang terselesaikan. Beda pas gue nonton wonder. Ah beda kelas,
sudahlah. Jadi kayak setiap karakter ada motivasi 'kenapa' yang kuat. Ini ngga
ada di Susah Sinyal. Hubungan kedekatan yang kurang, kurang emosional.
Oh
my god. Darius perannya terlalu sedikit. Padahal kan bisa jadi pemanis scene.
Bapak-bapak ini masih aja ganteng udah punya anak banyak. Haha. Gue ingin
Darius bisa lebih nakal sih disini. Dalam artian, peranan ke Ellen lebih
banyak. Bukan cuma soal kerjaan, dan muncul pas di akhir.
Duet
Abdur sama Arie Kriting, pecah sih. Pas. Walau ada beberapa part yang emang garing. Ditambah Ge Pamungkas dan Angie yang hadir
sebagai pasangan norak. Ge ini emang jago acting, btw. Apa aslinya emang
norak ya. haha. Satu lagi duet keren disini, adalah Aci sama Dodit. Pembantu rumah
tangga yang tipe-tipe ngeselin, tapi bikin rame.
Salah
satu yang gue suka lagi adalah, pemilihan musik. Soundtrack dari koh ernest emang selalu jenius. Enak,
terngiang.
Keseluruhan,
koh ernset emang lebih matang di film
ini. Landscape Sumba menawan. Cuma cerita yang kurang lengkap dan kuat.
Ini
menghibur? Iya. 7.3/10
No comments:
Post a Comment