Identitas Buku
Judul Buku : Autumn Once More (kumpulan cerpen
Metropop)
Penyunting : Tim Editor GPU
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 3, Mei 2013
Tebal : 232 halaman (20cm)
“Aku tahu, aku masih saja langit yang
tersayat-sayat itu, tapi langit ini tidak akan pernah memiliki senja yang
sempurna disebelah baratnya, sebab mataharinya telah pergi, menyongsong hujan”.
(hal 216)
Autumn
Once More adalah kumpulan cerpen dari tumpahan rasa dan obsensi karya
AliaZalea, Anastasia Aemilia, Christina Juzwar, Harriska Adiati, Hetih Rusli,
Ika Natassa, Ilana Tan, Lea Agustina Citra, Meilia Kusumadewi, Nina Addison,
Nina Andiana, Rosi L. Simamora, dan Shandy Tan. Buku setebal 232 halaman ini
berisi 13 cerpen romantik dengan gaya bahasa nyentrik. Masing-masing penulis
memiliki pandangan terhadap cinta yang ia rasakan. Konyol, serius, tragis,
romantis, dan dan berbagai rasa atas kisah cinta yang mungkin pernah dialami
siapapun di bumi ini.
Saya
tertarik dengan salah satu cerpen dalam buku ini yang berjudul, Senja yang
Sempurna oleh Rosi L. Simamora. Berkisah seorang lelaki dengan kegundahan dan
ketidakpercayaannya akan cinta justru perlahan mulai memahami cinta yang tumbuh
dihatinya. Seorang wanita yang dulu dengan ‘gila’ mencintainya, namun ia
siakan. Wanita tersebut sangat menyukai senja. Senja adalah ‘kami’ katanya pada
laki-laki itu, aku langit dan kau matahari. Sang gadis selalu menyediakan senja
yang indah untuk bisa berdua dengan laki-laki itu. Namun, saat sang gadis
menyatakan perasaannya kepada laki-laki yang ia suka, ternyata laki-laki itu
sama sekali tidak menerima cinta yang tumbuh diantara mereka berdua. Mungkin
bukan berdua, tapi dalam diri sang gadis.
Dengan
tegar, gadis itu akhirnya bisa menerima bahwa selama ini yang ia lakukan hanya
untuk seorang teman, yang tanpa melihat rasa lain yang tumbuh. Gadis itu lalu
pergi, tak peduli akan senja lagi.
Laki-laki
itu mulai kehilangan. Kehilangan sosok yang ternyata ia butuhkan dalam
menyelamatkan hatinya yang selalu kacau. Lalu setelah beberapa tahun, ia menghubungi
gadis itu lagi untuk bertemu. Laki-laki itu kini yakin, bahwa rasa dalam
dirinya adalah cinta. Cinta yang dulu ia ingkari. Tapi belum terlambat, pikir
laki-laki itu. Ia memesan senja yang indah, senja yang sempurna untuk
mengatakan itu.
Mereka
bertemu, bertemu dalam senja. Singkat, lelaki itu menyatakan perasaannya kepada
sang gadis. Tapi apadaya, gadis itu kini tidak lagi menyukai senja. Iya justru
memilih hujan. Gadis itu menemukan seorang lelaki tersemat pelangi yang indah,
setelah hujan. Penyesalan memang menjadi akhir sebuah cerita yang tak berakhir
manis. Laki-laki tadi menelan kekecewaan yang teramat dalam. Membiarkan seorang
wanita yang dulu tulus mencintainya kini pergi. Adakah yang lebih sakit dari
ini?
Cerpen-cerpen
lain, yang terdapat dalam buku ini juga tidak kalah menariknya. Seperti yang
saya katakan diawal, semua penulis menorehkan kisah cinta dengan rasa berbeda.
Kita cukup duduk, membaca, tersenyum, tertawa atau sesekali menangis. Misalnya
dalam cerita pendek, Love is a Verb karya Meilia Kusumadewi yang menceritakan
dilema wanita masa kini. Perkara like
atau love media sosial yang menjadi
masalah besar. Seorang wanita seperti ini dipertemukan dengan lelaki super
cuek. Hinggu timbulah perang dunia. Konyol sih, tapi endingnya begitu romantis.
Entahlah,
jika saya ceritakan semua cerita pendek dalam buku ini mungkin kalian tidak
akan membacanya. Tapi saya yakin, setelah kalian membaca buku ini kalian pasti
akan membayangkan cerita yang samakah terjadi dengan diri kalian sendiri. Atau
mungkin ini Cuma anggapa saya.
Judul
buku diambil dari salah satu judul cerita pendek dari Ilana Tan, Autumn One
More. Cover buku yang cantik, serta kertas yang cukup tebal salah satu
kelebihan buku dibanding ceritanya. Kelebihan lainnya adalah, kalian akan
disuguhkan cerita dari banyak penulis terkenal dibawah naungan penerbit
Gramedia. Ada 13 cerpen yang akan menambah cerita cinta kalian.
Tapi
bagi kalian yang tidak menyukai sastra pendek, dengan ending yang ngatung
disarankan untuk tidak membaca buku ini. Daripada kalian harus mengumpat dalam
hati. Bahasa yang digunakan juga tidak sama antara penulis satu dengan yang
lain. Ada penulis yang begitu indah melukiskan cerita, ada juga yang secara explisit mengungkapan maksudnya. Semua
itu masalah selera. Sah-sah saja bagaimana penulis menyampaikan ceritanya
kepada pembaca.
Tapi
satu yang harus kalian ingat, semua royalti buku ini akan disumbangkan ke Dana
Kemanusiaan Kompas untuk membantu saudara kita yang membutuhkan.
Jadi,
bagi kalian yang mungkin belum pernah membeli sekumpulan kisah romantis dalam
sebuah buku sekaligus bederma, inilah saatnya.
No comments:
Post a Comment