Tuesday, December 9, 2014

13 Romansa

Identitas Buku
Judul Buku       : Autumn Once More (kumpulan cerpen Metropop)
Penyunting      : Tim Editor GPU
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : 3, Mei 2013
Tebal               : 232 halaman (20cm)


“Aku tahu, aku masih saja langit yang tersayat-sayat itu, tapi langit ini tidak akan pernah memiliki senja yang sempurna disebelah baratnya, sebab mataharinya telah pergi, menyongsong hujan”.
(hal 216)

Autumn Once More adalah kumpulan cerpen dari tumpahan rasa dan obsensi karya AliaZalea, Anastasia Aemilia, Christina Juzwar, Harriska Adiati, Hetih Rusli, Ika Natassa, Ilana Tan, Lea Agustina Citra, Meilia Kusumadewi, Nina Addison, Nina Andiana, Rosi L. Simamora, dan Shandy Tan. Buku setebal 232 halaman ini berisi 13 cerpen romantik dengan gaya bahasa nyentrik. Masing-masing penulis memiliki pandangan terhadap cinta yang ia rasakan. Konyol, serius, tragis, romantis, dan dan berbagai rasa atas kisah cinta yang mungkin pernah dialami siapapun di bumi ini.

Saya tertarik dengan salah satu cerpen dalam buku ini yang berjudul, Senja yang Sempurna oleh Rosi L. Simamora. Berkisah seorang lelaki dengan kegundahan dan ketidakpercayaannya akan cinta justru perlahan mulai memahami cinta yang tumbuh dihatinya. Seorang wanita yang dulu dengan ‘gila’ mencintainya, namun ia siakan. Wanita tersebut sangat menyukai senja. Senja adalah ‘kami’ katanya pada laki-laki itu, aku langit dan kau matahari. Sang gadis selalu menyediakan senja yang indah untuk bisa berdua dengan laki-laki itu. Namun, saat sang gadis menyatakan perasaannya kepada laki-laki yang ia suka, ternyata laki-laki itu sama sekali tidak menerima cinta yang tumbuh diantara mereka berdua. Mungkin bukan berdua, tapi dalam diri sang gadis.
Dengan tegar, gadis itu akhirnya bisa menerima bahwa selama ini yang ia lakukan hanya untuk seorang teman, yang tanpa melihat rasa lain yang tumbuh. Gadis itu lalu pergi, tak peduli akan senja lagi.
Laki-laki itu mulai kehilangan. Kehilangan sosok yang ternyata ia butuhkan dalam menyelamatkan hatinya yang selalu kacau. Lalu setelah beberapa tahun, ia menghubungi gadis itu lagi untuk bertemu. Laki-laki itu kini yakin, bahwa rasa dalam dirinya adalah cinta. Cinta yang dulu ia ingkari. Tapi belum terlambat, pikir laki-laki itu. Ia memesan senja yang indah, senja yang sempurna untuk mengatakan itu.
Mereka bertemu, bertemu dalam senja. Singkat, lelaki itu menyatakan perasaannya kepada sang gadis. Tapi apadaya, gadis itu kini tidak lagi menyukai senja. Iya justru memilih hujan. Gadis itu menemukan seorang lelaki tersemat pelangi yang indah, setelah hujan. Penyesalan memang menjadi akhir sebuah cerita yang tak berakhir manis. Laki-laki tadi menelan kekecewaan yang teramat dalam. Membiarkan seorang wanita yang dulu tulus mencintainya kini pergi. Adakah yang lebih sakit dari ini?

Cerpen-cerpen lain, yang terdapat dalam buku ini juga tidak kalah menariknya. Seperti yang saya katakan diawal, semua penulis menorehkan kisah cinta dengan rasa berbeda. Kita cukup duduk, membaca, tersenyum, tertawa atau sesekali menangis. Misalnya dalam cerita pendek, Love is a Verb karya Meilia Kusumadewi yang menceritakan dilema wanita masa kini. Perkara like atau love media sosial yang menjadi masalah besar. Seorang wanita seperti ini dipertemukan dengan lelaki super cuek. Hinggu timbulah perang dunia. Konyol sih, tapi endingnya begitu romantis.

Entahlah, jika saya ceritakan semua cerita pendek dalam buku ini mungkin kalian tidak akan membacanya. Tapi saya yakin, setelah kalian membaca buku ini kalian pasti akan membayangkan cerita yang samakah terjadi dengan diri kalian sendiri. Atau mungkin ini Cuma anggapa saya.

Judul buku diambil dari salah satu judul cerita pendek dari Ilana Tan, Autumn One More. Cover buku yang cantik, serta kertas yang cukup tebal salah satu kelebihan buku dibanding ceritanya. Kelebihan lainnya adalah, kalian akan disuguhkan cerita dari banyak penulis terkenal dibawah naungan penerbit Gramedia. Ada 13 cerpen yang akan menambah cerita cinta kalian.
Tapi bagi kalian yang tidak menyukai sastra pendek, dengan ending yang ngatung disarankan untuk tidak membaca buku ini. Daripada kalian harus mengumpat dalam hati. Bahasa yang digunakan juga tidak sama antara penulis satu dengan yang lain. Ada penulis yang begitu indah melukiskan cerita, ada juga yang secara explisit mengungkapan maksudnya. Semua itu masalah selera. Sah-sah saja bagaimana penulis menyampaikan ceritanya kepada pembaca.
Tapi satu yang harus kalian ingat, semua royalti buku ini akan disumbangkan ke Dana Kemanusiaan Kompas untuk membantu saudara kita yang membutuhkan.


Jadi, bagi kalian yang mungkin belum pernah membeli sekumpulan kisah romantis dalam sebuah buku sekaligus bederma, inilah saatnya.

No comments:

Post a Comment