Banyak yang bilang kerja jadi seorang
broadcaster (kerennya gituh) adalah
hal yang mengasyikan. Kalo itu sebuah pertanyaan dan ditujukan ke gue, gue
jawab iya.
Walau masih terbilang baru di
dunia tv, gue menikmati apapun yang gue kerjakan. Menjadi seorang kru produksi
di TV berita. Kru produksi loh ya, bukan reporter. Karena sering liputan banyak
yang salah kaprah.
Jadi kalo di Metro TV, mungkin
juga sama tv-tv pada umumnya, jadi kru produksi juga memungkin elo untuk
liputan, pokoknya sesuai program yang di dapat. Kalo program studio, ya banyak
kerjaannya di studio. Kalo program dokumenter a.k.a jalan-jalan ya banyak
diluar untuk liputan. Jadi posisi kru produksi bisa bergeser menjadi seorang
reporter, bisa juga riset, bisa juga lightingman, audioman, atau pembantu umum
yang sigap di lapangan bila dibutuhkan.
Capek? Ya capek. Tidur aja mah
kalo engga mau capek. Enak? Ya enak. Apapun ya lo kerjain sesuai passion itu nikmat. Berkeluh kesah,
pasti ada. Namanya juga manusia.
Gue sih masih dibilang sangat
belum apa-apa, dibanding mereka yang udah kerja di tv berbelas-belas bahkan
berpuluh-puluh tahun. Kalo kata produser gue, mereka yang kerja di TV ngga akan
kaya secara finansial, cuma passion
yang kencintaan mereka yang buat betah. Ya, lingkungan juga harus mendukung
sih.
Gue sendiri, gue akui gue belajar
banyak. Kenal orang baru setiap saat akan liputan (walaupun gue bukan reporter
lapangan yang jago abis), ngobrol sama narasumber, tau hal-hal baru, kenal karakter
orang. Bisa dibilang gue itu banyak belajar, dibanding kerja. Bonus dari
belajar sekaligus bekerja gue adalah, sesekali bisa liputan ke luar kota,
melihat Indonesia. Yeah, MELIHAT INDONESIA.
Ini kenapa memilih kerjaan sesuai
passion itu penting, menurut gue. Karena
kalo kerja aja lo berasa berat, berasa dipaksa, gimana untuk urusan yang lain.
Nah yang pengen gue ceritain
disini adalah tugas gue sekarang yang jadi seorang kru produksi di program
dokumenter seni di Metro TV. Sedang tahap persiapan yang matang. Tayangnya pun masih
menjadi kejutan.
Yang seru disini adalah gue
bertemu banyak seniman keren-keren di Indonesia, yang bahkan kreativitasnya
udah buat gue geleng-geleng. Seniman yang berkarya dengan hati, akal dan dan
tentu saja logika.
Seorang seniman nyentrik, bahkan
pernah bilang ke gue. TV di Indonesia itu kebanyakan berita politik, gimana
ngga kering itu otak. Makanya butuh program seni.
Ada benernya juga. Tayangan TV
berita yang isinya berita pilkada, sering bikin alis mengkerut, muka semakin
kusut. Butuh yang seger, kayak program seni sebagai hiburan, selain
pengetahuan.
Gue ngga mengkatagorikan sinetron
sebagai hiburan loh ya. Itu menurut gue, pembodahan massal. Terlalu banyak
dramatisasi, yang menumbuhkan bibit-bibit generasi alay.
Tapi kita emang ngga bisa boong,
disitulah pendapatan iklan tv paling banyak. Ya itu tuntutan pasar, apa mau
dikata. Toh ada juga progam tv yang ngasi edukasi, ngga juga ditonton. Rating paling
rendah. Bertahan mungkin karena idealisme si pemiliki tv.
Tapi gue ngga bahas itu. Yang gue
pengen bahas adalah cerita seniman yang sempat gue liput. Sayang kalo mereka
yang luar biasa itu, cuma sekelebat tayang di TV. Dengan gue sendiri nulis,
mungkin bisa menggiring ke perspektif baru, orang awam melihat seni dari
seniman itu sendiri. Apalagi ngga semua hal bisa tayang di tv, mungkin hal
menarik bisa gue tulis disini.
Ini kuote yang gue kutip dari
Charles Bukowski, “Seorang intelektual adalah orang yang mengatakan hal
sederhana dengan cara yang sulit, seorang seniman adalah orang yang mengatakan
hal yang sulit dengan cara sederhana”. Kebayangkan kalo ini bumi isinya orang
pinter semua, pabeliut.
Okey, postingan soal seniman-seniman
hebat yang udah gue liput akan gue post di postingan selanjutnya. Ini cuma
intro dulu aja, kali-kali nulis isinya basa-basi doang. Haha
No comments:
Post a Comment