Sunday, November 30, 2014

SATWA

Beberapa potret yang terekam melalui kamera (pinjaman) saya di Kebun Binatang Bandung. Saya bukan kaum profesional, bukan juga amatir. Hanya mengadu nasib mengikuti lomba foto satwa "Taman Safari", dan nasib belum berpihak.


 Australian Pelikan


 Rusa


 Rusa


 "Jangan Lupa Senyum"


 "Cengkrama"


 Orang Utan


 Orang Utan


(mungkin) kancil

dari beberapa foto diatas, satwa yang mendominasi potret saya adalah Orang Utan. Selain spesies ini yang mirip manusia, keberadaannya kini mulai berkurang akibat pembabatan hutan liar, dan pencurian hewan liar yang menyebabkan punahnya keberadaannya.
sebagai manusia yang beradab, lindungi dan jaga mereka. 
#savetheape

Saturday, November 29, 2014

Tetap Konsisten Pertahankan Budaya Lokal

Munculnya berbagai lembaga penyiaran lokal merupakan dampak tak langsung dari perpindahan era penyiaran analog ke era digital. Eksistensinya mulai dirasakan setelah menjamurnya TV lokal yang menunjukkan persaingan dengan TV nasional. Apalagi dengan munculnya Undang-undang nomer 32 tahun 2002 tentang penyiaran, keberadaan TV lokal seakan mendapat restunya.
Jika menengok kembali perjalanan stasiun TV swasta, pada awal berdirinya RCTI tahun 1989 misalnya, jangkauannya hanya terbatas di Jakarta dan sekitarnya. Sementara SCTV dengan jangkauan Surabaya dan sekitarnya. Dan ANteve untuk kawasan Lampung dan Bengkulu. Ini berarti awal tumbuhnya TV swasta jangkauannya memang terbatas dan di kota besar hanya diperbolehkan satu stasiun TV saja. Seiring berjalannya waktu, satu persatu stasiun TV swasta menambah jangkauannya. Hingga akhirnya mulai bersiaran dengan jangkauan nasional.
Namun dalam perjalanannya UU tersebut belum mendapat kejelasan yang pasti. Terutama yang mengatur mengenai batas wilayah siaran yang mengisyaratkan bahwa TV nasional untuk mengurangi kapasitas dan wilayah jangkauannya. Banyak pihak yang menentang keputusan ini, terutama mereka yang telah berinvestasi di stasiun TV swasta, karena dianggap membatasi ruang bisnis mereka.
Terlepas dari konflik kepentingan antara pemerintah dan kapitalisme industri pertelevisian yang ada, TV lokal kemudian lahir dengan gairah otonomi daerah yang ada. Dengan semangat untuk memfasilitasi potensi daerah masing-masing baik dari informasi ataupun hiburan, TV lokal seakan membawa jiwa baru dalam kemajuan media Indonesia. Dan hingga saat ini diberbagai wilayah Indonesia diwarnai dengan lahirnya TV lokal dengan berbagai variasi.
Walaupun popularitas TV lokal ditengah masyarakat yang kalah jauh dibanding TV nasional menjadi faktor bagi minimnya sponsor dan investasi pengiklan untuk ikut menghidupi TV lokal. Namun, sebagaimana kedudukannya sebagai media daerah TV lokal dianggap berhasil menampilkan dan mengedepankan permasalahan daerahnya. Perbaikan yang berkesinambungan tentunya harus terus dilakukan pada TV lokal. Mengingat format acara yang cenderung sama, daya kreatif yang diharapkan belum mampu dipenuhi secara inovatif.

Terlepas dari itu semua, perkembangan TV lokal telah memberikan kabar baik. Untuk kualitas siaran memang butuh jam terbang dan perjalanan waktu yang panjang. Ditambah dukungan dari para donatur sehingga keterbatasan investasi dan lemahnya daya saing terhadap TV nasional mampu diatasi. Karena pada dasarnya TV lokal merupakan media pertahanan budaya lokal yang akan memperkaya siaran TV nasional.

Media Jangan Provokatif

Semakin mendekati pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang, semakin gencar pula promosi yang dilakukan masing-masing calon presiden. Pendukung kedua kubu apalagi. Mulai dari kampanye kreatif dalam bentuk video klip, serangan melalui media sosial, hingga penyebaran majalah yang memojokan salah satu calon. Wow, sistem demokrasi negeri ini sedang diuji.
Media mengambil peran penting bagaimana citra calon presiden ini sampai di mata publik. Mereka seakan membuat sebuah bingkai (frame) apa yang akan ditonjolkan dari salah satu calon. Ini menjadi hal yang bagus seharusnya karena media berada pada sudut pandangnya masing-masing, apabila media tetap objektif dan menjaga kenetralannya.
Namun, kini media seakan memperlihatkan senderannya pada salah satu calon presiden. Mereka terus menerus memberi terpaan kepada masyarakat “sisi lemah” calon yang menjadi lawannya. Bahkan, proporsi berita yang seharusnya seimbang dari dua kubu dikesampingkan. Alasannnya, mereka masing-masing memiliki kepentingan akan keberlangsungan media tersebut nantinya.
Media dapat dikatakan sebagai provokator yang rakyatlah imbasnya. Mereka disuguhkan informasi yang tidak berimbang satu sama lainnya. Ngeri tertanya melihat negeri ini. Wong media tugasnya menerangi, eh malah sebaliknya.

Catatan:
Tulisan ini saya kirim ke Surat Kabar Harian Kompas namun sayang tidak dimuat dalam kolom argumen.

Go With the Flow

What make you happy?

Especially I don't know what makes me happy. I Just let something flow. Not over thinking and else. But there are something what I do and that make I happy. The first is when I smile with someone, they are reply my smile. It's simple, but meaningful. Second, I happy when I look someone helping someone else. The example, someone gave her seat to old woman in Trans Jakarta. That is beautiful life, isn't? If we Appreciate each other. Of course. Then, I love travelling so much. I love meet new people, new place, new habit. And wow, God give ours great place why we don't be grateful to God to about. I like making film, such as documentary or drama. I like reading a novel. I like writing. I like watch  Korean Drama. I like singing. I like riding my bike. I like imagining. I love freedom. All of them, I just like something go with the flow.

Budaya Bali Rasa Sunda

DIES NATALIS XXII UKM BALI UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

Hidup dan tinggal di negeri Sunda tak menghalangi kreativitas mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Bali Widyacana Murti Universitas Telkom untuk merayakan 22 tahun usianya dalam pagelaran Sendratari Lebur Kangsa.

Tepat tanggal 17 Mei 2014 UKM Kesenian Bali Widyacana Murti melaksanakan puncak acara Dies Natalis XXII-nya di Gedung Serbaguna Fakultas Teknik Universitas Telkom Bandung. Acara yang dimulai pukul 19.00 waktu setempat berhasil mendatangkan lebih dari 1000 penonton. Mereka adalah mahasiswa dari berbagai universitas di Bandung yang tertarik dengan Budaya Bali.

Dies Natalis kali ini mengusung tema “Janardhana” yang berarti penyelamatan umat manusia. Tema inilah yang menjadi dasar sendratari Lebur Kangsa yang menceritakan Kematian Raja Kangsa di tangan Krisna.

Sebelumnya, rangkaian Dies Natalis XXII ini dibuka dengan pawai di sekitaran Car Free Day Dago pada 6 April 2014 lalu. Dalam pra event ini menampilkan Gebug Ende, yaitu tradisi perang rotan di Desa Seraya Karangasem Bali. Selain Gebug Ende ditampilkan juga Bleganjur, Musik Kontemporer dan Genjek lengkap dengan Jogednya. Genjek adalah sebuah paduan antara tarian dan nyanyian yang menceritakan kebiasan orang Bali yang suka berkumpul. Dalam nyanyian yang mereka lontarkan ini sering kali mengejek, atau mengkritik satu sama lain.

Selanjutnya pada pra event kedua, Dies Natalis XXII menampilkan Tarian Kolosal Kecak bertempat di Danau Universitas Telkom Bandung tepatnya tanggal 13 Mei 2014. Pagelaran kecak ini juga menampilkan Tarian Sanghyang Jaran, yaitu Tarian yang dibawakan secara tidak sadar lalu penari menari diatas api. Di Bali tarian ini biasanya dilakukan saat upacara keagamaan sehingga sangat sakral dan memiliki fungsi untuk mengusir wabah penyakit. Ditengah-tengah penampilan kecak, dipentaskan pula sendratari mini yang nanti ceritanya akan dilanjutkan dalam peak event.
Pada saat puncak acara, dekorasi dibuat semirip mungkin dengan beberapa tempat di Bali agar orang-orang merasakan atmosfer Bali walau sedang berada di Bandung. Beberapa tari tradisional juga dipentaskan seperti, Tari Puspawresti, Sekar Ibing dan Garuda Wisnu.

Dalam sendratari Lebur Kangsa dikisahkan Raja Kangsa yang sering berbuat onar di masyarakat, yaitu dengan menyebarkan wabah penyakit. Merasa rakyatnya sengsara, Baladewa kakak dari Krisna pun melawan Kangsa. Namun dengan kekuatannya yang besar, ia akhirnya kalah. Peperangan dilanjutkan oleh Krisna yang berujung kematian Raja Kangsa dengan Cakra milik Krisna. Pesan moral yang ingin disampaikan, yaitu kebenaran akan selalu menang pada akhirnya.


Kesuksesan acara dapat dilihat dari antusiasme pononton yang tidak bangkit dari kursinya hingga acara selesai. Mereka juga sibuk berfoto dengan penari saat acara usai. Tujuan dari rangkaian Dies Natalis XXII ini selain merayakan bertambahnya usia UKM Kesenian Bali adalah untuk mengasah kreativitas mahasiswa khususnya anggota UKM serta memperlihatkan bahwa kita bisa eksis walau berada di negeri orang. (IMA)

Cinta Tiga SKS

Tok..tok..tok. Seorang wanita muda masuk ke ruang kelas memakai kaos hitam dengan celana jins ditambah sepatu converse putih dan tas jinjing di lengan kirinya. Dari mukanya terlihat sekali ia baru bangun 10 menit yang lalu. Mungkin hanya sempat mencuci muka dan sikat gigi. Rambutnya yang sebahu di gerai sembarang dengan hasil sisiran yang terkesan sekedar. Dosen tidak terlalu memperhatikan langkahnya memasuki ruangan. Iya sedang sibuk menjelaskan metode penulisan Advertorial untuk iklan radio. Wanita berjalan pelan sambil berkata permisi kepada teman-temannya yang sudah duduk dikelas lebih dulu.
Sebuah kursi kosong terletak di paling belakang. Langkah wanita tadi menuju ke arah kursi. Sambil mengatur nafas, ia lalu duduk.
“telat bangun lagi?” tanya wanita yang duduk disebalahnya.
“iyaa nih Wil. Lo kok ngga bangunin gue si?!” keluh wanita itu kesal.
“hey, gue uda telpon Lo ya Nin. Siapa suruh hp lo mati” Wilda ngomel sambil berbisik.
“hah....” Nindi menarik nafas panjang.
Ini pertama kalinya Nindi masuk kelas Copywriting. Karena dipertemuan pertama ia memakai jatah bolosnya untuk berlama-lama di kampung halaman. Nindi memang dikenal ngga bisa bangun pagi. Di semester lalu saja, beberapa matakuliah ia hampir skip 3 kali hanya karna telat bangun. Dan sekarang, ia lagi lagi harus berhadapan dengan matakuliah Copywriting jam 7 pagi di tiap hari Selasa. Ini musibah.
Sebelum menginput matakuliah ini diawal semester, ia sempat protes kenapa kampus tidak berpihak ke mahasiswa senior disini. Mahasiswa semester 5 keatas itu harus dimanjain, salah satunya dengan meniadakan kuliah pagi, celotehnya dulu. Ia juga sering meminta tolong kepada sahabatnya, Wilda untuk membangunkannya di hari Selasa. Tapi ya gini hasilnya, kalo ngga diangkat pasti hp nya mati.
“dari tadi ngapain aja? Ini si dosen jelasin apa? Gue ngga ngerti” tanyanya ke Wilda.
“iiihh makanya jangan telat. Udah dengerin dulu aja” jawab Wilda kesal.
Nindi masang muka cemberut sambil memaksakan matanya tetap terbuka. Ia baru tidur subuh tadi, hanya tiga jam.
“iya sekarang tugas minggu lalu bisa dikumpulkan” perintah Pak Rofi dari depan kelas.
“Nin, tugas lo mana?” tanya Wilda.
“untung gue inget ngerjain semalem. Nih..!” jawab Nindi sambil menyetorkan tugasnya ke Wilda.
“ini langkah sebelum tidur apa cerpen si? Panjang amat” protes Wilda.
“kan gue ngga masuk. ya mana gue tau kalo tugasnya cuma di suruh langkah-langkah doang” Nindi membela diri.
“emang bakat ngarang lo” coleteh Wilda sambil ngumpulin tugas temen-temennya yang lain.
“Nin, tolong kasiin ke Wilda dong” tiba-tiba terdengar suara cowok di sebelah Ninda.
Ia lalu menoleh.
“Aryo? Lu di kelas ini juga?” tanya Nindi kaget sambil mengambil kertas tugas Aryo.
“iya. Kan pengen liat kamu” jawab Aryo sambil senyum-senyum.
“masih aja suka gombal” jawan Nindi ketus.
Aryo sempat sekelas bareng Ninda di semester dua. Walau tidak terlalu deket, Nindi mengenal baik Aryo. Beberapa kali mereka sempat sekolompok bareng. Dan kebiasaan Aryo yang ngga Nindi lupain adalah suka ngengombal. Bukan Cuma Nindi, Aryo sering banget ngombalin cewek-cewek lain. Padahal tampangnya yaa lumayan, terus keliatan polos. Yang belom kenal pasti ngga nyangka cowok ini suka ngombal kalo diliat dari tampangnya. Dan Nindi? Ngga kalah sama Aryo, Nindi juga sering ngombalin cowok-cowok. Hobi ngombalnya ini katanya cuma iseng, atau emansipasi. Masa yang ngombal cuma cowo, kata Nindi dulu. Kalo cowok cuma anggep bercanda, ya ngga apa-apa. Nah kalo serius? Nindi uda berkali-kali ‘terjebak’ karena hobinya yang konyol. Ini yang buat mereka berdua nyambung kalo ngobrol. Yang cowoknya ngengombal, ceweknya juga bales. Klop.
“eh yo, apa kabar lo? Lama ngga sekelas” tanya Nindi.
“baik gue. Lo juga ngga pernah keliatan, gue kira lo ngga ambil matakuliah ini” jawab Aryo sambil sesekali melihat dosen.
“iya kan kita beda konsentrasi pak, mau banget sekelas bareng terus?” goda Nindi.
Aryo noleh ke arah Nindi, sambil tersenyum kecil. Mereka berdua lalu tertawa bersamaan.
“kalian ini ya, emang agak-agak” tiba-tiba Wilda ikut nimbrung.
Pak Rofi menyebutkan nama mahasiswa satu persatu setelah mengoreksi tugas yang dikumpulin.
“Nindi Mareta” panggil Pak rofi.
“iya pak” jawab Nindi refleks.
“ini kamu buat langkah-langkah sebelum tidur apa cerita sebelum tidur. Uda kayak cerpen aja” katanya.
“tuh kan” cibir Wilda.
“ust. Iya pak saya ngga ngerti tugasnya” Nindi beralasan.
“lo si ngga ngasi tau yang dibuat cuma langkah-langkah” protesnya ke Wilda.
“yee, lo nya aja yang ngga denger pas gue kasi tau” Wilda ngga mau kalah.
“yaudah, lain kali gue yang ingetin” kata Aryo.
“aaa Aryooo...” jawab Nindi sok manja.
“mulai deh mulaii” oceh Wilda.
Nindi dan Aryo ketawa dengan suara pelan.
“kelas sudah sampe disini, jangan lupa tugas dikumpul minggu depan” kata Pak Rofi.
“iyaa pakkk” jawab anak-anak riuh.
“eh prim buru, kita ada kelas lagi” ajak Wilda.
“iyeee sabar. Yo gue duluan ya” sambil menepuk bahu Aryo.
“eeh iya Nin” jawab Aryo sambil menulis tugas yang Pak Rofi kasi tau tadi.
***
Lagi-lagi Nindi telat memasuki kelas. Namun hari ini setidaknya ngga separah minggu lalu. Hanya telat berapa belas menit. Dan kembali Nindi dapet tempat duduk di sebelah Aryo. Aryo memang hebat, ngga pernah telat masuk kelas walaupun jam 7 pagi bisik Nindi dalam hati.
Seperti minggu sebelumnya, Pak Rofi menjelaskan materi di depan kelas tanpa menggunakan microsoft power point. Yang paling mahasiswa di kelas ini bingungkan adalah cuma ini dosen yang jelasin materi tanpa bantuan power point. Pak Rofi bukan dosen yang jenius, dia hanya suka bercerita kepada mahasiswanya. Kalo menurut Nindi, dia hanya menyombong. Dan Nindi juga pernah bilang ke Wilda sahabatnya, kalo Pak Rofi itu sebenernya gaptek.
“Wil...”
“eeh..” tanpa memalingkan muka ke arah Nindi.
“jangan sok ngerti deh” kata Nindi ketus.
“kenapa lo?” tanya Wilda.
“Bang Bimo, anak 2010 bilang kalo Pak Rofi sampe akhir semester pun ngga pernah pake power point tau” ungkap Nindi.
“serius lo?” Wilda menoleh ke arah Nindi.
“iya, bener kan yang gue bilang. Doi itu ngga bisa make laptop. Ngakunya doang copywriter” jelas Nindi.
“ngga boleh gitu ih. Dengerin bapaknya aja, ngga usah ribut” protes Wilda.
“errrrr....”
“gue dengerin kok Nin” tiba-tiba Aryo nimbrung.
“ah lo, pasti nguping dari tadi”.
“siapa tau, elo ngomongin gue” ungkap Aryo sambil menahan tawa.
“Yo, jadi ngga cukup telpon-telponan kita semalem” Nindi mulai menggoda.
“ya ngga lah. Masih kangen tau” Aryo malah menjadi-jadi.
“eemm” Nindi menyenggol bahu Aryo.
Setiap Nindi melayangkan pertanyaan ke Aryo, pasti ditanggepin pake gombalan sama si Aryo. Gimana Wilda ngga gregetan dengernya.
“eh kok tulisan lo makin jelek yo? Haha” ledek Nindi.
“buat apa tulisan bagus, kalo hati gue aja uda bisa lo baca” jawab Aryo.
“omigod, plis gue meting yo”.
“kayaknya kalian emang serasi deh” tiba-tiba Nina ikut nimbrung.
“bener na, tinggal di tembak aja nih si Nindi” cerocos Wilda kesal.
“yauda, tunggu apa yo. Ayo jadian aja” Nina mengompori Aryo.
“apaaan si” ungkap Nindi malu-malu.
“kita itu emang uda deket. uda lebih dari pacar” jawab Aryo.
Dan, cuma gara-gara ngomong beginian. Wilda dan Nina resmi menganggap Nindi dan Aryo pacaran. Mereka bertriak-triak di dalam kelas saat matakuliah selesai kepada mahasiswa lain untuk menangin PJ pada Aryo dan Nindi. Jelas saja, suasana kelas semakin gaduh. Dan tak disangka-sangka. Mahasiswa lain, menyalami lelucon yang di buat Wilda. Walaupun Aryo menganggap ini bercandaan, Nindi punya rasa yang berbeda ternyata.
***
Cewek mana si yang kalo diperhatiin cowok ngga tiba-tiba jadi jatuh cinta? Atau digombalin tiap ketemu. Tepatnya di tiap menit pertemuan mereka. Walau Nindi tau Aryo tidak serius, tapi ada hal yang melintas dipikirannya. Oke, kali ini Nindi akhirnya terjebak dalam keadaan yang biasanya ia buat sendiri dengan gombalan-gombalannya ke temem lelakinya.
“bengong aja” Aryo sambil menyenggol lengan Nindi dikelas.
“lu gangguin gue aja” jawab Nindi.
“oh ini ganggu? Lo anggep gue apa prim...” ungkap Aryo.
Yo, kalo gue jadi beneran jatuh cinta sama lo gimana? Tanya Nindi dalam hati sambil memandang Aryo dalam.
“aa warkop depan kosan” jawab Nindi sambil membalikan pandangan kembali ke depan kelas.
“tega benerrr dah” nada Aryo agak kecewa, tapi dengan tertawa.
Dan semenjak gosip kita pacaran menyebar, temen-temen Nindi dan Aryo di kelas ini seakan merencanakan kita biar duduk terus berdampingan. Entahlah apa yang ada dipikiran mereka, kadang Nindi memikirkan itu.
Sampe akhirnya, kejailan Wilda berujung. Aarrgh.
“..........selfie yok Nin” tiba-tiba obrolan Nindi dan Aryo mengarah kesitu.
“pake hape lo aja, hp gue butut ngga bisa selfie” jawab Nindi serius, walaupun dia sangat tau Aryo cuma basa-basi.
“yaelah ribet amat. Mana hape lo?!” Wilda lalu berinisiatif mengambil hape Nindi.
Pelak! Aryo dengan sok cool, memegang bahu Nindi dari belakang. Klik!
“bntar ya prim” kata Wilda.
“mau apa loh? Eeh!” Wilda masih sibuk memainkan hape Nindi.
“nih gue balikin” jawab Wilda singkat.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba seorang yang duduk di depan Nindi menoleh ke belakang.
“Nin mesra banget” ungkap seorang mahasiswa kepada Nindi.
“apaan?” tanya Nindi ngga ngerti.
“nih!” dia lalu menyodorkan hape pada Nindi.
“Wilda kampreeeeettttt” Nindi setengah berteriak dengan muka kesal.
“go publik lah” kata Wilda enteng.
“sialan lu” jawab Nindi kesal.
“udah si Nin, biarin aja” Aryo angkat bicara.
“lo lagi” Nindi mulai pasrah.
“lah kan ini cuma candaan” kata Aryo lagi.
Lo ngga tau perasaan gue? Semakin ini menjadi-jadi semakin gue menggangap ini serius. Bisik Nindi dalam hati.
“iya juga si” jawabnya pada Aryo.
***
Baru sebentar foto itu di post di Line, udah banyak mahasiswa yang mengenal mereka berdua berkomentar. Banyak yang kaget, dan sebagian justru menuntut PJ. Dimana pun mahasiswa lain melihat Nindi, pasti mereka menanyakan kebenaran gosip ini. Dan PJ tak kalah penting.
Ini minggu kesekian kalinya setelah gosip mereka berdua jadian dan tersebarnya foto seronok itu. Hingga akhirnya mereka memilih untuk menikmati ini. Aryo khusunya. Karena Nindi masih didera perasaan-perasaan yang tidak pasti.
“beb...sini duduk” Aryo memanggil Nindi saat Nindi baru memasuki kelas.
“Cieeeeee” ledek mahasiswa lain.
“Iya beb” Nindi mulai pasrah.
“Cieee uda pake bebeb, bebeban” ungkap Wilda.
“iyaaa dong” jawab Aryo bangga.
Nindi tertunduk lesu. Pikirannya berkecamuk.
“kenapa gue yang ngga bisa menikmati ini dengan biasa. Kenapa cewek terlahir dengan sensitivitas yang berlebihan. Ini hubungan yang ngga serius, jadi jangan pernah berpikiri ini akan menjadi serius” Nindi mencoba menekankan hal itu dalam pikirannya.
Kecanggungan Nindi dan ke-nikmat-an Aryo berlangsung hingga Ujian Tengah semester berakhir.
***
Setelah memasuki pertemuan matakuliah copywriting pasca uts, keadaan mungkin bisa dikatakan berubah perlahan. Di minggu-minggu pertemuan ke tiga setelah UTS, dia dan Aryo ngga dapet kesempatan untuk duduk bersebelahan lagi. Ini gara-gara kebiasaan Nindi yang ngga bisa bangun pagi ngga pernah ilang. Bedanya, mungkin kini temannya bosan menyediakan tempat duduk kosong di sebelah Aryo. Atau Aryo yang mulai bosan. Aaah, plis jangan kemungkinan kedua. Batin Nindi mulai berkonflik.
“Gue cukup kecewa kalo hubungan kita yang ternyata emang ngga serius. Karena ya emang, kita ngga pernah saling kontak selain dikelas. Tapi jangan sampai gue lebih kecewa karena gue tau, hubungan candaan kita juga tidak berjalas mulus” banyak pertanyaan muncul dibenak Nindi.
Materi perkuliahan hari ini hanya pembagian kelompok lalu membuat konsep untuk pembuatan poster. Satu kelompok beranggotakan lima orang. Wilda yang berperan aktif menentukan siapa aja yang mau jadi anggota kelompoknya. Jelas aja Nindi yang pertama. Hingga terkumpulah lima orang kedalam kelompoknya, termasuk Aryo. Nindi menarik nafas panjang, tau kalo Aryo juga jadi bagian tugas kelompoknya. Ntah kenapa, Nindi ingin menjauhi Aryo perlahan.
Beberapa minggu selanjutnya mereka mempresentasikan konsep poster di depan kelas. Topik yang ditugaskan dalam poster kali ini “Jangan Merokok”. Konsep poster yang mereka terangkan adalah ide dari Aryo. Dalam poster yang berukuran A3 itu terdapat gambar tangan seseorang memegang rokok masih menyala. Rokok itu akan dimatikan diatas asbak berbentuk paru-paru. Dengan background berwarna gelap. Kalo kata Aryo sih, semakin sering rokok dikonsumsi semakin cepat paru-paru akan rusak seperti halnya asbak yang selalu menjadi sasaran rokok.
Walau ide ini cukup bagus, Nindi sama sekali tidak tertarik. Seandainya aja ia punya ide lebih bagus, pasti iya akan menolak ide Aryo. Kebencian Nindi pada Aryo seakan menjadi-jadi saat mereka uda ngga pernah duduk bersebelahan lagi.
“jika konsep posternya seperti ini, target masyarakat yang mana yang akan anda sasar?” tanya seorang mahasiswi pada kelompok kami.
Semua mata menoleh ke arah Nindi, mereka seakan memasang kode agar Nindi menjawab pertanyaan itu. Ya mau gimana, dari tadi Nindi belum dapet giliran menjawab soal.
“iya, semua kalangan. Lagian maksud poster dan pesannya gampang dicerna. Ditempel dimana aja bisa. Dibelakang pintu toilet juga bisa. Iya kan yo?” jawab Nindi ngga serius. Semua anggota kelompok menoleh kearah Nindi dengan mata melotot.
“bener kata Nindi tadi, kita berusaha membuat poster ini sesederhana mungkin agar semua kalangan bisa menangkap pesannya. Apalagi yang kita ketahui, masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi rokok tidak lagi dari kalangan menengah atas justru lebih banyak menengah bawah” jawab Aryo menimpali Nindi yang terlihat ngga ambil pusing dengan jawabannya tadi. Mahasiswa yang mendengar jawabannya Aryo hanya manggut-manggut termasuk mahasiswi yang bertanya tadi.
“lo kenapa si?” tanya Wilda pada Nindi.
“tau ah gelap” jawab Nindi singkat.
Setelah mereka kembali ke tempat duduk, Aryo memandang Nindi dari kejauhan. Melihat keanehan tingkah Nindi yang dirasa akhir-akhir ini. Nindi yang merasa diperhatikan menoleh kearah Aryo, lalu memalingkan muka tanpa berekspresi apapun.
Lama-kelamaan Nindi menjadi males masuk kelas Copywriting. Ia hanya ingin menghindari Aryo. Menghindari perasaan-perasaan yang tadinya muncul akibat rayuan Aryo. Dan sejauh ini yang ia tahu itu semua emang sekedar main-main.
Hingga dipertemuan terakhir matakuliah ini karena minggu depan akan berlangsung UAS, Nindi masih ngga bisa menyembunyikan kekesalannya sekaligus kekecewaannya pada Aryo. Saat Nindi masuk kelas, dan matakuliah telah dimulai hanya ada satu kursi tersisa disebelah Aryo. Wilda melirik kearahnya sambil tersenyum. Ia memberi kode pada Nindi untuk duduk disebelah Aryo di pertemuan terakhir ini.
Tanpa pikir panjang Nindi menarik kursi itu lalu meyeretnya di deretan bangku depan. Semua anak menoleh kearah Nindi. Selain karena suara kursi yang menganggu seisi kelas, mereka melihat Nindi dulu selalu dekat Aryo kini justru terkesan jijik duduk berdekatan.
“Maaf pak” kata Nindy melihat Pak Rofi yang juga menoleh kearahnya.
Aryo menoleh kearah Wilda dengan muka bertanya-tanya. Lalu wilda mengangkat bahunya. Aryo mulai membenarkan firasatnya melihat tingkah Nindi yang akhir-akhir ini mulai jutek kepadanya.
“bubar kelas, gue harus ngomong sama dia” ungkapnya dalam hati.
15 menit sebelum matakuliah berakhir, Pak rofi membubarkan kelas dengan ucapan selamat menempuh UAS dan tentunya doa agar ngga sampe mengulang matakuliah ini. Satu persatu anak keluar kelas. Nindi masih ngobrol dengan Pak Rofi karena ia telat mengumpulkan tugasnya ke email kelas. Aryo sengaja nungguin Nindi. Mumpung kelas uda sepi.
Saat Nindi telah menyelesaikan urusannya dengan Pak Rofi, ia menuju ke tempat duduknya melihat ada Aryo yang duduk disitu. Pak Rofi berpamitan keluar.
“minggir. Gue mau ambil tas” kata Nindi ketus.
“bentar. Lo marah sama gue?” tanya Aryo.
“ngga, ngapain” Nindi masih ketus.
“Bohong. Kenapa ngindar kalo gitu”.
“terserah gue dong”
“pasti ada alesan untuk jawaban terserah”
“ngga”
“Nin...”
“gue kesel. Gue kesel kenapa lo dulu baik sama gue. Ngrayu gue. Ngombalin. Manggil bebeb. Trus ilang. Udah gitu ada” Nindi jawab pertanyaan Aryo dengan emosi.
Sambil maksain ketawa, Aryo narik tangan Nindi agar wajahnya lebih dekat dengan Aryo yang sedang duduk didepannya.
“itu yang lo lakuin dulu ke gue” jawab Aryo lalu melepaskan genggaman tangan Nindi dan pergi keluar kelas.
“hah. Oke gue kena karma” kata Nindi dalam hati.
***
Akhirnya UAS berlangsung. Pak Rofi ngasi dua soal sesuai dengan kisi-kisi yang ia kasi. Aryo nyelesaiin jawabannya dengat cepat. Setelah nyetor lembar jawaban ke pengawas, Aryo lalu mengambil tas didepan kelas. Ia berjalan pelan, kemudian berhenti sejenak didepan kursi Nindi. Tanpa diliat pengawas, Aryo menaruh kertas diatas meja Nindi lalu pergi.
Takut dikira kertas contekan, Nindi milirik kanan kiri biar ngga ada yang ngeliatin. Rasa penasarannya lebih besar dibanding ketakutannya ditangkap pengawas. Perlahan ia membuka kertas itu. Dalam hati ia membaca tulisannya.
Semoga semester depan kita ngga cuma ketemu tiga sks. Aryo.

PAWAI CFD DIES 22



Melengkapi pra event "Dies Natalis XXII UKM Bali" diselenggarakan juga pawai yang dilakukan sepanjang jalan Ir. Juanda Dago. Event ini dilakukan untuk mengenalkan Budaya Bali kepada warga Bandung di daerah Car Free Day (CFD) Dago.
Dalam event ini dipentaskan "Genjek" yaitu nyanyian yang dilakukan bersama-sama untuk menghibur diri dan orang yang melihat pementasan ini.

KECAK





Dalam video ini terdapat atraksi tarian "Sang Hyang Jaran" yang memperlihatkan penari menari diatas api dan tari kolosal "Kecak". Kesenian ini hidup dan berkembang pada masyarakat Bali. Selain memiliki fungsi sebagai hiburan, tarian ini juga sarana ritual masyarakat Bali. 
Walau kami berada di Bandung, tapi semangat untuk menjaga dan melestarikan Budaya Bali mengalir kuat dalam darah kami. 
Video ini saya buat dalam rangka dokumentasi pra event "Dies Natalis UKM Bali XXII" Telkom University Bandung.

TUGAS KONVERGENSI





Video ini dibuat untuk memenuhi tugas "Konvergensi" di semester 5 setahun yang lalu.

TIMELAPSE PANTAI INDAH

PASAR KAGET TIME LAPSE

TIMELAPSE PANTAI SEMAWANG

TIMELAPSE






Timelapse atau sekumpulan still foto yang diambil dengan periode yang beraturan untuk menggambarkan proses, pergerakan, atau perubahan suatu objek, ini saya buat dalam rangka belajar sebelum membuat video teaser "Dies Natalis UKM Bali XXII" Universitas Telkom Bandung. Walau masih sangat, sangat, sangat standar, saya yakin proses dan latian lah yang akan membawa kita pada kesempurnaan.

TFE 3





Saya lupa mereka membahas apa dalam percakapan, tapi inilah fenomena yang biasa terjadi dalam dunia wanita. Yak, gosip.

Video ini dibuat untuk memenuhi tugas "Tata Fotografi Elektroni" pada semester 4 satu setengah tahun yang lalu.

TFE 2





Seorang laki-laki dalam kebimbangan.

Video ini dibuat untuk memenuhi tugas "Tata Fotografi Elektronik" semester 4 satu setengah tahun yang lalu.

TFE 1





Pertama kalinya megang kamera mahal (Sony PD 177), dan beratnya seperti menggendong bayi. sehingga hasilnya pun apa adanya.
Video ini dibuat untuk memenuhi Tugas "Tata Fotografi Elektronik" pada semester 4 satu setengah tahun yang lalu.

Sequence



Dalam video ini diceritakan seorang gadis yang sedang mengalami kebosanan dalam perpustakaan. Iya, terkadang kita pernah merasa sendiri dalam keramaian.
Video ini dibuat untuk memenuhi tugas "Tata Fotografi Elektronik" pada semester 4 satu setengah tahun yang lalu.

Kosong



Diambil dari cerpen yang pernah saya post di blog ini sebelumnya, cerita dari video ini terinspirasi dari mahasiswa yang "latah" ikut kegiatan kampus karena diberlakukan sistem TAK (Tanda Aktif Kegiatan). Seorang mahasiswa yang merasa, kehilangan sahabatnya.
Video ini dibuat dalam memenuhi tugas "Teknik Penyutradaraan" semester 5 setahun yang lalu.

Feature "Gesekan Biola dari Pengamen Jalanan"


Feature ini dibuat untuk memenuhi tugas "Jurnalistik Media" di semester 3 bulan Januari 2013 lalu. Objek adalah seorang pemain biola yang biasa mengais rejeki di depan Kampus Universitas Telkom.

Feature "Untuk Nagari Ngayogyakarta"


Feature atau liputan mendalam ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir matakuliah "Reportase dan Penyuntingan Berita" di semester 3 Januari 2013 lalu. Objek yang diangkat adalah Abdi Dalem Keraton Jogjakarta. Walau banyak halangan dan rintangan dalam proses pembuatannya, tapi untuk mahasiswa semester 3 saya hasilnya lumayan.

Balai Kota Festival


Video ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah "Reportase dan Penyuntingan Berita" di semester 3 bulan Januari 2013 lalu.

Tuesday, November 18, 2014

Pemberontak

Oleh: Ni Wayan Primayanti

Tidak malu kah kamu,
Kau duduk dengan nyaman dalam kursi empuk itu berkat siapa?
Inikah balas budimu,
Atau memang ini wajah aslimu?
Dari semua topeng-topeng manis yang kamu tunjukan sebelum pemilu.

Hah.
Jangan senang dulu.
Aku juga rakyatmu, satu suaraku membantumu dulu.
Jika aku mau, aku bisa panggil teman-temanku, menurunkanmu dari kursi itu.
Tapi tenanglah, aku belum semarah itu.

Jadi, bisakah kamu bantu rakyat-rakyat bisu?
Kembalikan haknya untuk hidup lebih maju.
Jika tidak,
Sekarang aku panggil teman-temanku.
Aku akan bakar kursimu bahkan kantormu.
Jangan lupa, ini pernah terjadi 16 tahun lalu.

Tapi sebelum aku semarah itu,

Lakukanlah dulu apa yang aku mau.

Investasi Masa Depan

Setelah melawan penjajahan bangsa asing pada era reformasi, bangsa ini kini tengah disibukkan melawan tikus-tikus yang menggeroti kas negara. Adalah mereka yang bertindak sebagai aparatur negara bahkan perwakilan rakyat justru tergiur menikmati uang rakyat. Tahun 2014, Indonesia tercatat menduduki peringkat ke 64 di dunia sebagai negara terkorup. Kondisi ini jauh berbeda dengan peringkat dua negara tetangga. Singapura menduduki peringkat 173, dan berada pada posisi kelima negara paling bersih versi TI. Sedangkan Malaysia menduduki peringkat 125 negara korup, dan berada pada posisi 52 di jajaran negara paling bersih. Saat Indonesia justru fokus kepada pengklaiman budaya oleh negara tetangga, mereka justru mampu menorehkan prestasi. 
Setidaknya keadaan ini patut disyukuri, karena di tahun sebelumnya Indonesia masuk kedalam 60 besar negara terkorup di dunia. Dibalik itu semua, terdapat lembaga negara yang sangat berperan dalam memberantas korupsi di Indonesia. Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. Inilah yang membantu jalan KPK dalam memberantas pelaku korupsi di Indonesia.
Di tahun 2013, KPK berhasil mengamankan 1,196 triliun uang negara dengan 59 pelaku korupsi sedangkan di tahun sebelumnya KPK hanya menjerat 45 pelaku korupsi dengan kerugian uang negara sebesar 113,8 miliar. Diukur dari kinerja, KPK seakan berhasil menumpas pelaku korupsi di Indonesia. Namun bila dilihat dari sundut pandang berbeda, negeri ini justru memiliki semakin banyak orang-orang rakus yang menggerogoti uang rakyat. Miris bukan?
Selain memberantas pelaku korupsi, KPK juga menggandeng masyarakat dan mahasiswa untuk ikut mencengah tindakan korupsi dalam lingkungan yang lebih sempit. Ini diwujudkan dengan pendidikan anti-korupsi yang diselenggarakan di tiap-tiap lembaga pendidikan di Indonesia. Mahasiswa misalnya, dalam lingkungan kampus mahasiswa diharapkan mampu mencengah tidakan korupsi yang bisa dilakukan siapa saja. Karena saat ini mahasiswa turut aktif turun ke jalan dengan menyuarakan perilaku anti-korupsi.
Untuk menumbuhkan tindakan anti-korupsi, sebenarnya dilakukan dengan menanamkan sifat kejujuran dan budaya malu pada masing-masing individu. Namun tidak hanya itu, lembaga pendidikan seperti kampus juga harus memberikan dukungan penuh kepada kegiatan postif yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mencengah korupsi. Misalnya saja pembentukan Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) dalam organisasi kampus. BAK ini memiliki fungsi yang hampir mirip dengan KPK dalam lembaga pemerintahan. BAK melakukan tugasnya untuk memeriksa keuangan tiap-tiap organisasi mahasiswa yang mendapat kucuran dana dari kampus. Namun disini, BAK tidak mendapat wewenang untuk memberi sanksi apabila ditemukan ormawa melakukan pelanggaran atas tindakan penyelewangan dana kampus. Ini yang membuat lemahnya organisasi kampus ini dalam melakukan pemeriksaan keuangan organisasi. Inti dari pemikiran ini adalah bukan kepada tudingan negatif yang diarahkan ke mahasiswa namun membentuk kebiasaan untuk selalu jujur atas apa yang mereka lakukan. Jadi mahasiswa tidak hanya mengembor-gemborkan untuk berperilaku jujur dan bebas korupsi tapi mereka juga harus belajar menilai diri sudahkan mereka melakukan itu atau hanya omong kosong semata.
Cara lain yang cukup ampuh untuk mencengah tindakan anti korupsi dalam lingkungan kampus adalah menyertakan surat bebas ‘kriminal’ sebagai syarat untuk wisuda. Kenapa kriminal? Karena korupsi adalah salah satu tindakan kriminal. Bedanya korupsi dengan maling yaitu, maling hanya beroperasi pada malam hari namun korupsi bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja. Jika begini, hukuman yang diberlakukan justru lebih berat dari maling bukan? Maling hanya merugikan satu orang atau satu keluarga, tapi korupsi dapat menyengsarakan kehidupan orang banyak. Surat ini dikeluarkan oleh bagian kemahasiswaan yang berisikan catatan kriminal yang dilakukan oleh mahasiswa selama menempuh pendidikan kampus. Seperti halnya TOEFL yang digunakan sebagai syarat kelulusan. Tujuannya adalah agar perguruan tinggi tidak hanya mencetak lulusan yang handal, fasih berbahasa Inggris dan memiliki skill yang mumpuni, namun lulusan yang bersih dan tentunya bebas korupsi.
Jalan berikutnya adalah mempublikasikan mahasiswa yang mencontek saat ujian dalam situs akademik kampus. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa malu atas ketidakjujurannya dalam melaksanakan ujian. Mereka akan cukup malu, karena mereka berani mengkritik pemerintah atas tindakan korupsi namun mereka sendiri melakukan tindakan tidak jujur pada diri mereka sendiri. Setimpal bukan?

Bangsa ini sudah terlalu lama terpuruk, jika tidak mau jatuh terlalu dalam marilah bersama-sama melakukan tindakan anti-korupsi. Walaupun tidak dirasakan secara langsung, pendidikan dan gerakan anti-korupsi adalah investasi masa depan untuk Indonesia hebat.