Saturday, November 29, 2014

Media Jangan Provokatif

Semakin mendekati pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang, semakin gencar pula promosi yang dilakukan masing-masing calon presiden. Pendukung kedua kubu apalagi. Mulai dari kampanye kreatif dalam bentuk video klip, serangan melalui media sosial, hingga penyebaran majalah yang memojokan salah satu calon. Wow, sistem demokrasi negeri ini sedang diuji.
Media mengambil peran penting bagaimana citra calon presiden ini sampai di mata publik. Mereka seakan membuat sebuah bingkai (frame) apa yang akan ditonjolkan dari salah satu calon. Ini menjadi hal yang bagus seharusnya karena media berada pada sudut pandangnya masing-masing, apabila media tetap objektif dan menjaga kenetralannya.
Namun, kini media seakan memperlihatkan senderannya pada salah satu calon presiden. Mereka terus menerus memberi terpaan kepada masyarakat “sisi lemah” calon yang menjadi lawannya. Bahkan, proporsi berita yang seharusnya seimbang dari dua kubu dikesampingkan. Alasannnya, mereka masing-masing memiliki kepentingan akan keberlangsungan media tersebut nantinya.
Media dapat dikatakan sebagai provokator yang rakyatlah imbasnya. Mereka disuguhkan informasi yang tidak berimbang satu sama lainnya. Ngeri tertanya melihat negeri ini. Wong media tugasnya menerangi, eh malah sebaliknya.

Catatan:
Tulisan ini saya kirim ke Surat Kabar Harian Kompas namun sayang tidak dimuat dalam kolom argumen.

No comments:

Post a Comment