Monday, August 25, 2014

Cerminan hidup, Suket

Senin, 18 Maret 2013 pukul 11.12

Embun tidak pernah memilih tumbuhan mana yang akan ia basahi
Sekalipun rumput


Suket. Ini kata baru pertama kali mampir di telinga gue. Kata Pak Ipul itu bahasa jawa, yang artinya rumput atau tanaman liar. Kenapa terlalu banyak bahasa yang membuat kita berbeda. Entahlah.


Cerita dimulai dari seorang seniman wayang, Slamet Gundono asal Surakarta. Sejak tahun 1999 Gundono mengembangkan Sanggar Wayang Suket, yang telah lama tenggelam. Dengan menonton Wayang Suket yang ditampilkan Gundono, ia seakan memadukan seni wayang dan teater. Kreativitas memang menuntut untuk berkarya beda dari biasa. Menabjubkan.


Walaupun dengan ukuran badan yang bisa dibilang sangat besar, Gundono mampu dengan lihai memainkan “suketnya”. Selama sanggarnya didirikan, Gundono telah tampil dari panggung ke panggung yang kini menjadi sumber utama mata pencahariannya.

Menarik, suket atau rumput yang tak bernilai disulapnya menyerupai wayang kulit. Disetiap penampilannya, ia membawakan cerita daerah hingga tokoh pewayangan seperti Bambang Ekalaya. Walau terkesan banyolan, banyak amanat yang ia sampikan dalam lakon wayang yang ditampilkan. Ia mampu memadukan budaya tradisional dengan peradaban dunia modern.

Terlepas dari itu semua, suket dalam Budaya Jawa sangat filosofis. Suket dikenal tanaman yang mandiri karena bisa hidup dimana saja. Suket yang berwarna hijau mampu memperlihatkan lingkungan yang asri dan sejuk. Walaupun image kumuh melekat dalam dirinya, Suket masih bertahan dalam kondisi panas, dingin dan dengan kondisi yang selalu terinjak.

Jika dikaitkan dengan kehidupan, suket adalah kesabaran, rendah hati dan mudah beradaptasi. Manusia yang diibaratkan seperti suket, mampu menahan dirinya dari godaan duniawi, iri dan dengki walaupun banyak orang yang merendahkannya.


Gundono dan “suket” memiliki ceritanya masing-masing. Mereka sama-sama bagian dari kehidupan yang pernah lepas dari roda perputaran. Maknai hidup seperti suket, selanjutnya perjuangkan layaknya lakon pewayangan Gundono.

No comments:

Post a Comment