Monday, August 25, 2014

Laut Mungkin Tau

Rabu, 15 Mei 2013 pukul 01.24

Debur ombak laut senja itu. Dengan setia seorang gadis duduk diatas tumpukan butir pasir putih. Sendiri. Masih dengan mata berbinar, ia membuat sebuah lingkaran sedang disebelahnya. Bukan lingkar sempurna. Sesekali ia meniup pasir yang tak sengaja jatuh hingga menyarukan garis lingkarnya. Sendal miliknya, yg tadi ia duduki kini ditaruhnya di dalam lingkaran itu. Kemudian, kembali sambil tersenyum ia meletakkan dua buah botol minuman pada garis luar lingkaran. Belum jelas apa yg ia lakukan. Beberapa menit kemudian, kembali ia menegaskan garis diatas sibakan pasir. Menggerakan telunjuknya dengan halus.

Sesekali ia bangun lalu melemparkan kerang kecil ke air pantai yg menggenang. Bahkan, ombak pun tidak memberi perlawanan. Ia mengulang itu hingga beberapa kali. Seperti membuat kompetisi pada diri sendiri. Seberapa jauh kerang dapat berlari diatas air. Seberapa kuat kerang mampu menyibak hingga membuat percikan air. Kini ia memalingkan kepalanya ke arah belakang. Bahkan ia tau, tak ada langkah kaki yg mendekati posisinya.

Keceriannya mulai melemah. Ia akhirnya duduk dan membersihkan kaki tangannya dari serpihan pasir. Tangan kanannya meronggoh saku, mencari sebuah benda yg tersembunyi di sudut. Sebuah gelang dengan hiasan kerang. Cantik. Ia memandangi itu dengan lekat. Bahkan ombak nampak tak lagi punya pesona.

Masih sibuk dengan gelangnya, dari kejauhan muncul laki-laki mengayuh sepeda. Makin lama makin lekat makin terlihat jelas sosoknya. Dengan jarak yg kurang dari 50 meter ia meneriakan nama gadis itu beberapa kali.
" Ve...vee...veraaaaaa"
Ia berhasil membuat gadis yang ternyata bernama vera menoleh. Pria itu melempar sepedanya dan mendekat ke arah vera yg telah berdiri.
"Ve masih ada sisa waktu untuk menjawab?"
"Kapanpun"
"Aku menerima tawaranmu"
"Berubah pikiran?"
"Tidak"
"Lalu?"
"Ya, emang sejak dlu"
"Tapi kenapa baru sekarang?"
"Aku butuh waktu untuk memulainya dengan benar"
Laki-laki itu mengangkat tangan kananya di depan mata vera. Terlihat sebuah gelang melingkar di tangannya. Lalu mereka akhirnya berpelukan. Erat. Kau tau? Walau cinta sering kali membuat mu menunggu, ia juga membuka ruang lebar untuk kesabaran.


Sambil memandangi matahari yang hampir terbenam, mereka duduk, bercerita menghadap laut. Hangat. Laut mungkin tau.

No comments:

Post a Comment