Sabtu, 18 Mei 2013 pukul 15.56
Sengaja tersedia sebuah meja dengan dua buah kursi
dalam pojok ruang sebuah rumah kontrakan. Mereka menyebutnya itu dapur. Tapi,
ngga ada kompor gas bahkan susunan piring disitu. Hanya ada sebuah keran air,
dengan air yang sesekali masih menetes.
Kontrakan ini memiliki empat buah kamar yang semua
penghuni sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka hanya bertemu waktu malam,
itu juga kalo lagi mujur. Ternyata menjadi mahasiswa selain diharuskan menjadi
orang mandiri yang harus meninggalkan keluarga, mereka juga dihadapkan pada
proses kedewasaan. Mengatur alur emosi dan menghargai pilihan masing-masing.
Kita memang ngga melulu harus berempat.
Seorang wanita, jelas salah satu diantara empat
penghuni rumah kontrakan itu duduk bersila pada kursi meja makan tadi.
Pandangannya setengah kosong. Ia meletakkan kepalanya di atas meja makan.
Mengarah ke sebelah kanan. Tangan tetap dilipat diatas perut, dan matanya
mengarah pada sebuah hp di depan matanya. Tak terhitung berapa lama. Hingga
terdengar seorang wanita membuka pintu yang lalu mendekat kearahnya.
“boleh gue tau, hal apa yang membuat lo seperti ini?”
“seberapa peduli lo?”
“sebesar yang lo yakini”
“rumah ini kosong”
“memang. Lalu?”
“entah lah. Sampe kapan kita betah seperti ini”
“sampe kampus berhenti memaksakan sistem TAK pada
mahasiswanya”, ucap wanita kedua sambil tertawa lalu ngeloyor pergi kekamarnya.
Wanita pertama tadi akhirnya memalingkan pandangan ke
arah lawan bicaranya.
“ngga lucu!”
No comments:
Post a Comment